BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi
merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan
organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi merupakan hal
yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama
dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasi secara drastis. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang
terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan
kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan
yang sama.
Diterimanya
pengertian yang sama adalah
merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian
yang sama, maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”. Organisasi atau
Organization bersumber dari kata kerja bahasa latin Organizare “to form as or
into a whole consisting of interdependent or coordinated parts (membentuk
sebagai atau menjadi keseluruhan dari bagian-bagian yang saling bergantung atau
terkoordinasi). Organisasi adalah sarana dimana
manajemen
mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur
formal dari tugas- tugas dan wewenang.
Tujuan
organisasi tidak akan tercapai apabila tanpa manajemen dan komunikasi.
Manajemen tidak akan mungkin ada tanpa organisasi. Manajemen ada, jika ada
tujuan yang akan dicapai dan diselesaikan. Korelasi antara ilmu komunikasi
dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus pada
manusia-manusia yng terlibat dalam mencapai tujuan organisasi. Tujuan
organisasi juga tidak terlepas dari peran pemimpin. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mampu menguasai komunikasi dengan baik pula. Dengan penguasaan
komunikasi yang baik seorang pemimpin memiliki nilai tambah, baik dalam
kehidupannya secara umum, maupun dalam mengkontribusikan dirinya di
tempat kerja, sehingga lebih produktif.
Komunikasi
juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan.
Kepemimpinan yang efektif dapat dicapai melalui proses komunikasi yang
dilakukan oleh pemimpin kepada anggotanya. Visi pemimpin bisa saja bagus, namun
tanpa komunikasi yang efektif, maka visi tersebut tidak akan pernah bisa
terwujud. Dalam mengkomunikasikan visi, maka pemimpin harus bisa menyampaikan
suatu gambaran di masa depan yang mendorong antusiasme serta komitmen orang
lain.
B. Pokok Permasalahan
Untuk
memudahkan proses penjabaran dan
penjelasan, makalah ini
memiliki beberapa rumusan
masalah, yaitu :
1. Apa pengertian
dari
komunikasi?
2. Bagaimana
proses
komunikasi?
3. Apa saja yang
menjadi
hambatan komunikasi?
4. Apa saja
jenis-jenis
komunikasi?
5. Mengapa komunikasi
menjadi
inti kepemimpinan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari komunikasi
dalam organisasi, proses komunikasi, apa saja hambatan komunikasi, bagaimana
mengatasi hambatan komunikasi, apa saja jenis-jenis komunikasi, dan mengapa
komunikasi menjadi inti kepemimpinan. Di samping itu, makalah ini ditulis sebagai tugas pada mata pelajaran Budi Pekerti.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi
Istilah
komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis
yang
berartisamaataumenjadikan
milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berartikita berusaha
agarapa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa
definisi komunikasi adalah:
1.
Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung
arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan
komunikasi (Astrid).
2.
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian
pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
3.
Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian
dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981).
4.
Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan
orang lain (Schram,W)
5.
Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu
orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga
Administrasi).
Komunikasi
(communicare, latin) artinya berbicara atau menyampaikan pesan, informasi,
pikiran, perasaan yang dilakukan seseorang kepada yang lain dengan mengharapkan
jawaban, tanggapan, dari orang lain (Hohenberg : 1978). Komunikasi bermula dari
sebuah gagasan yang ada pada diri seseorang yang diolah menjadi sebuah pesan
dan disampaikan atau dikirimkan kepada orang lain dengan menggunakan media
tertentu.
Dari pesan
yang disampaikan tersebut kemudian terdapat timbale balik berupa tanggapan atau
jawaban dari orang yang menerima pesan tersebut.
Dari proses
terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat
dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media
tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh
kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula
kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya (Agus M. Hardjana
:Komunikasi intrapersonal dan interpersonal, 2003).
Komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
surat-surat resmi.
Adapun
komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
B. Proses
Komunikasi
Proses
komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk
menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya).
Proses
Komunikasi, banyak melalui perkembangan.
Pada
penjelasan ini, akan dijelaskan berbagai proses komunikasi melalui model- model
komunikasi itu sendiri :
1. Model Komunikasi
Aristoteles Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya
Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama :
1. Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan
pesan
2. Apa yang akan dibicarakan (menyangkut Pesan nya itu
sendiri)
3. Penerima, orang yang menerima pesan tersebut.
2. Model Komunikasi David
K.Berlo
Dalam model
komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi terdiri dari 4 Proses
Utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3
Proses sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan.
1. Source
(Sumber)
Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan
atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber
biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak
individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu.
Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.
2. Message (Pesan)
Pesan adalah isi dari
komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator).
Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat
propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa
melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan
sebagai Message, Content, atau Information.
3. Channel (Media
dan saluran komunikasi)
Sebuah saluran
komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Media disini
adalah
sebuah alat untuk mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi
interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau
bisa memakai media telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi.
Sedangkan
komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media
cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio).
Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan
bisa bersifat massa. Karena, internet mencakup segalanya.
Jika anda membuka website maka media ini bersifat massal, namun jika anda chatting
melalui yahoo messenger, maka media ini bersifat interpersonal, dan jika anda
menuliskan Blog (blogging atau menulis diary), media ini bisa berubah menjadi
media yang bersifat Intrapersonal (kepada diri sendiri).
4. Receiver
(Penerima Pesan)
Penerima
adalah orang yang mendapatkan pesan dari komunikator melalui media. Penerima
adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena,
penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut
sebagai public, khalayak, masyarakat, dll. Elemen Tambahan :
1. Feedback (Umpan Balik), Umpan
balik adalah suatu respon yang diberikan oleh penerima. Penerima disini bukan
dimaksudkan kepada penerima sasaran (khalayak), namun juga bisa didapatkan dari
media itu sendiri. Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah
artikel kepada suatu media massa. Lalu, bisa saja kita artikel kita ternyata
bagus, namun ada beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media
mengembalikan artikel kita untuk di edit ulang.
2. Efek, sebuah komunikasi
dapat menyebabkan efek tertentu. Efek komunikasi adalah sebuah respon pada diri
sendiri yang bisa dirasakan ketika kita mengalami perubahan (baik itu negatif
atau positif) setelah menerima pesan. Efek ini adalah sebuah pengaruh yang
dapat mengubah pengetahuan, perasaan, dan perilaku (Kognitif, afektif, dan
konatif)
3. Lingkungan, adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya
suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :
Lingkungan Fisik(Letak Geografis dan Jarak) Lingkungan Sosial Budaya (Adat
istiadat, bahasa, budaya, status sosial) Lingkungan Psikologis ( Pertimbangan
Kejiwaan seseorang ketika menerima pesan) Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang,
dan Malam)
3. Model
Komunikasi Bovee dan Thill Bovee dan Thill
Dalam bukunya Bussiness Communication Today, menjelaskan bahwa
proses komunikasi merupakan tahapan dari kegiatan.
Terdapat 5
tahapan :
1. Pengirim memiliki sebuah Ide/Gagasan. Komunikasi diawali dengan adanya
gagasan dari seorang pengirim, yang ingin disampaikan pada penerima pesan
tersebut.
2. Ide Dirubah Menjadi Pesan. Ide bersifat abstrak dan tidak terstruktur,
sehingga tidak dapat dibaca oleh oraglain. Maka dari itu, pengirim harus
mengubah idenya tersebut menjadi sebuah pesan agar dapat dimengerti oleh orang
lain. Perubahan ide menjadi suatu pesan dinamakan ENCODING.
3. Pemindahan Pesan. Setelah sebuah ide diubah menjadi pesan, maka pesan
teresebut harus dipidahkan kepada penerima dengan berbagai bentuk komunikasi
(Verbal, Nonverbal, Lisan atau Tertulis), dan media komunikasinya (Tatap muka,
telepon, surat, laporan, dll)
4. Penerima menerima pesan. Penerima pesan menginterpretasikan pesan yang
diterima.
5. Penerima pesan mengirimkan umpan balik. Umpan balik merupakan sebuah
elemen perantai pesan. Sebagai pengirim pesan, kita harus mengevaluasi apa yang
sebenarnya dipikirkan oleh penerima pesan. Apakah pesan kita efektif apa tidak.
Jika pesan kita ternyata tidak efektif, maka pesan harus diulang. Proses
komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada
penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Penginterpretasian.
2. Penyandian.
3. Pengiriman.
4. Perjalanan.
5. Penerimaan.
6. Penyandian balik.
7. Penginterpretasian.
1. Penginterprestasian
Hal yang
diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator.
Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul
hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan
rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif
komunikasi
ke dalam pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini
masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil
diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini
disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi:
merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman
Proses ini
terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang
komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim
pesan.
4. Perjalanan
Tahapan
Ini terjadi antara komunikator dan
komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
Tahapan
Ini ditandai dengan diterimanya
lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
6.
Penyandian Balik Tahap
Ini
terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan
yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya
(decoding).
7.
Penginterpretasian Tahap
Ini terjadi pada komunikan,
sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.
C. Jenis-jenis komunikasi
Pada dasarnya
komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan
antara manusia atau kelompok
Jenis
komunikasi terdiri dari:
1. Komunikasi
Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a. Vocabulary (perbendaharaan kata- kata). Komunikasi tidak akan efektif
bila pesan disampaikan dengan kata- kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila
kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu
lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang
berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan
nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa
humor adalah merupakan satu- satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila
disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok
permasalahannya
sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu
diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk
berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau
memperhatikan apa yang disampaikan.
2. Komunikasi
Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan
komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.
Yang termasuk
komunikasi non verbal :
a. Ekspresi wajah Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi,
karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang
tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk
memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan
kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian
yang sungguh- sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat
dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan.
Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi
dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan
tingkat kesehatannya.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah
satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi
non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan
isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki
atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan
stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress
D. Hambatan Komunikasi
1. Hambatan
Teknis
Keterbatasan fasilitas
dan
peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang dengan adanya
temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga
saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media
komunikasi.Menurut dalam bukunya, 1976, Cruden dan Sherman Personel Management
jenis hambatan teknis dari komunikasi :
- Tidak adanya rencana
atau prosedur kerja yang jelas
- Kurangnya informasi atau
penjelasan
- Kurangnya ketrampilan
membaca
- Pemilihan media
[saluran] yang kurang tepat.
2. Hambatan
Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau secara
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi idea atas pengertian, yang
diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik
arti dan pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses
penafsirannya keliru. Tidak adanya hubungan antara Simbol (kata) dan apa yang
disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai
ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.
Untuk
menghindari miss komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat
kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
3.
Hambatan Manusiawi
Terjadi
karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang,
dll.
Menurut Cruden dan Sherman :
- Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Perbedaan
persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan mendengarkan,
perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi
- Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas
komunikasi organisasi.
E. Mengatasi kendala
Komunikasi dalam Organisasi
Beberapa
solusi yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala- kendalavyang muncul dalam
proses komunikasi organisasi antara lain :
1.Hubungan
Antar Persona
Menciptakan
hubungan intim yang dimiliki dengan orang-orang lain dalam tingkat pribadi,
antar teman, sesama sebaya ataupun dengan atasan, biasanya disebut hubungan
antar persona. Suatu anailisis khusus tentang hubungan antar pesona menyatakan
bahwa kita akan berhasil menciptakan komunikasi dalam organisasi bila melakukan
hal-hal berikut ini
:
1) Menjaga kontak pribadi yang akrab tanpa menumbuhkan perasaan
bermusuhan
2) Menetapkan dan menegaskan identitas kita dalam hubungan dengan orang
lain tanpa membesar-besarkan ketidaksepakatan.
3)Menyampaikan informasi kepada oranglain tanpa menimbulkan kebingunngan,
kesalahpahaman,
penyimpangan, atau perubahan lainnya yang disengaja.
4) Terlibat dalam pemecahan masalah yang terbuka tanpa menimbulkan sikap
mbertahan atau menghentikan proses.
5) Membantu orang-orang lainnya untuk mengembangkan gaya hubungan persona
dan antar pesona yang efektif.
6) Ikut serta dalam interaksi
social informal tanpa terlibat dalam muslihat Hubungan antar pesona cenderung
menjadi lebih baik bila kedua belah pihak melakukan hal-hal berikut yaitu
menyampaikan perasaan secara langsung dan dengan cara yang hangat dan
ekspresif, menyampaikan apa yang terjadi
dalam lingkungan pribadi mereka melalui penyingkapan diri, menyampaikan
pemahaman yang positif, hangat kepada satu sama lainnya dengan memberikan
respons-respons yang relevan dan penuh pengertian, bersikap tulus kepada satu
sama lain dengan menunjukan sikap menerima secara verbal maupun non verbal,
selalu menyampaikan pandangan positif tanpa syarat terhadap satu sama lainnya
dalam perbincangan yang tidak menghakimi dan ramah, berterus-terang mengapa
menjadi sulit atau bahkan mustahil untuk sepakat satu sama lainnya dalam
perbincangan yang tidak menghakimi, cermat, jujur, dan membangun.
2. Hubungan
Posisional
Hubungan posisional ditentukan dengan pendekatan struktur dan tugas-tugas
fungsional anggota organisasi. Menurut Koontz dan O’Donnel (1968) untuk
mengatasi kesalahan umum yang merintangi kinerja efektif dan efisien individu
dalam organisasi yang disebabkan ketidaklancaran proses komunikasi di
organisasi adalah:
a. Merencanakan penempatan /
pengaturan jabatan secara benar Sebagian dari kegagalan untuk merencanakan
dengan benar lebih banyak terletak pada pengaturan orang-orang dari jabatan
yang diberikan dari atasan sehingga pada akhirnya terjadi kegagalan dalam
komunikasi horizontal dan vertikal yang ada dalam organisasi. Untuk dapat
mencairkan kondisi tersebut ada baiknya melakukan rencana penempatan
orang-orang yang ada di organisasi dengan berdasarkan kemampuan dan
kesenioritasan yang diakui oleh individu-individu yang ada dalam organisasi
b. Berusaha menjernihkan hubunganKegagalan untuk
menjernihkan hubungan organisasi menimbulkan kecemburuan, percekcokan,
ketidakamanan,
ketidakefisienan,dan pelepasan tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan
lainnya dalam pengorganisasian. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat menjadi jembatan
untuk mencairkan situasi kebekuan komunikasi horizontal dan vertikal antar
sesama rekan dan antara bawahan – atasan..
3. Hubungan Berurutan
Informasi disampaikan ke seluruh
organisasi formal oleh suatu proses; dalam proses ini orang dipuncak hierarki
mengirimkan pesan ; kepada orang kedua yang kemudian mengirimkannya lagi kepada
orang ketiga. Reproduksi pesan orang pertama menjadi pesan orang kedua, dan
reproduksi pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga.
Tokoh kunci dalam sistem ini adalah pengulang pesan (relayor). A.G. Smith
(1973) memperkenalkan empat fungsi dasar yang dilakukan seorang pengulang
pesan, yaitu :menghubungkan, menyimpan, merentangkan dan mengendalikan. Para
pengulang pesan adalah orang-orang perantara – penengah antara pengirim dan
penerima. Mereka menghubungkan unit-unit sistem dengan menyelaraskan unit-unit
tersebut satu sama lainnya.
Adakalanya pengulang pesan mengubah pesan yang dibawanya untuk tujuan
menghasilkan keharmonisan antara unit-unit dalam sistem tersebut, namun mengubah
pesan. Menurut Koontz dan O’Donnel (1968) untuk mengatasi kesalahan umum yang
merintangi kinerja efektif dan efisien individu dalam organisasi yang
disebabkan ketidaklancaran proses komunikasi di organisasi adalah:
1) Merencanakan penempatan / pengaturan jabatan secara benar. Sebagian
dari kegagalan untuk merencanakan dengan benar lebih banyak terletak pada
pengaturan orang-orang dari jabatan yang diberikan dari atasan sehingga pada
akhirnya terjadi kegagalan dalam komunikasi horizontal dan vertikal yang ada
dalam organisasi. Untuk dapat mencairkan kondisi tersebut ada baiknya melakukan
rencana penempatan orang- orang yang ada di organisasi dengan berdasarkan
kemampuan dan kesenioritasan yang diakui oleh individu-individu yang ada dalam
organisasi.
2) Berusaha menjernihkan hubungan kegagalan untuk
menjernihkan hubungan organisasi menimbulkan kecemburuan, percekcokan,
ketidakamanan,
ketidakefisienan, dan pelepasan tanggung jawab lebih banyak dari kesalahan
lainnya dalam pengorganisasian. Untuk itu perlu adanya individu yang dapat menjadi jembatan
untuk mencairkan situasi kebekuan komunikasi horizontal dan vertikal antar
sesama rekan dan antara bawahan – atasan..
Dalam mengatasi kendala komunikasi dalam organisasi terdapat beberapa
solusi untuk meminimalisir yaitu menciptakan hubungan intim yang dimiliki
dengan orang-orang lain dalam tingkat pribadi, antar teman, sesama sebaya
ataupun dengan atasan, biasanya disebut hubungan antar pesona. Kemudian
perencanaan / pengaturan jabatan secara benar dan usaha untuk menjernihkan
hubungan serta membuat reproduksi pesan orang pertama menjadi pesan orang
kedua, dan reproduksi pesan orang kedua menjadi pesan orang ketiga.
Tokoh kunci dalam sistem ini adalah pengulang pesan (relayor). F.
Komunikasi Menjadi Inti Kepemimpinan Sebelum membahas pentingnya komunikasi
dalam kepemimpinan, terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai definisi
kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan (Stokdil,
1948). Selain itu, menurut Robert Tennenbaun, Irving R. Wischler, dan Fred
Massarik, definisi kepemimpinan menurut mereka adalah kepemimpinan sebagai
pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui
proses komunikasi, kearah tercapainya sesuatu tujuan ataupun tujuan-tujuan yang
sudah di tetapkan.
Dari pengertian
kepemimpinan tersebut, dapat dilihat bahwa pada dasarnya komunikasi memiliki
hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa
tidak ada kepemimpinan tanpa adanya komunikasi. Terlebih lagi, salah satu syarat
untuk menjadi seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Hal tersebut dikarenakan kemampuan berkomunikasi akan sangat menentukan
berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin
(leader) memiliki pengikut (follower) guna merealisasikan gagasannya dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan berkomunikasi
sebagai seorang pemimpin, khususnya dalam mempengaruhi perilaku orang lain.
Selain itu, jika dilihat dari pengertian kepemimpinan menurut Robert
Tennenbaun, Irving R. Wischler, dan Fred Massarik yang mendefinisikan
kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan
diarahkan melalui proses komunikasi, kearah tercapainya sesuatu tujuan ataupun
tujuan- tujuan yang sudah di tetapkan, maka semakin dapat dilihat bahwa
sebenarnya komunikasi merupakan inti dari kepemimpinan karena pengaruh antar
pribadi harus dilakukan melalui proses komunikasi. Tanpa adanya komunikasi,
pengaruh antar pribadi dalam rangka mencapai tujuan tertentu tersebut tidak
akan bisa dilakukan. Dengan kata lain, tanpa adanya komunikasi, tidak akan ada
kepemimpinan. Pada dasarnya, komunikasi tidak hanya penting bagi seorang
pemimpin akan tetapi juga penting bagi para pengikut karena setiap tindakan,
keputusan, dan arahan yang diambil atau diberikan oleh seorang pemimpin kepada
pengikutnya, juga dilakukan dengan berkomunikasi. Jadi, pengikut juga harus
memiliki kemampuan berkomunikasi guna lancarnya usaha dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Hanya saja, setiap pemimpin dituntut untuk
lebih efektif dan efisien dalam berkomunikasi, mengingat krusialnya implikasi
dari setiap tindakan, keputusan dan perilaku seorang pemimpin sehingga akhirnya
muncul istilah komunikasi kepemimpinan atau leadership
communication.
Komunikasi kepemimpinan itu sendiri adalah sebuah model komunikasi bagi para
pemimpin, di mana bentuk komunikasi disesuaikan dengan posisinya sebagai pemimpin.
Ini berarti, ada spesifikasi khusus dari elemen bahasa yang digunakannya. Oleh
karena itu, pemimpin yang efektif harus memahami pentingnya komunikasi yang
baik karena masalah dalam komunikasi (miskomunikasi) dapat menyebabkan
‘bottleneck’ di dalam suatu organisasi. Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi
orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan dan kemampuan menjalankan fungi
komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang baik dan menjadi efektif akan
ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan seorang pemimpin dalam memimpin
untuk mempengaruhi bawahan. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk
apabila pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan
dengan para bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang
sejalan dengan makna fungsi komunikasi. Pertama ia menyadari untuk melaksanakan
pengungkapan emosional (fungsi) dengan sikap dan perilaku yang dapat
menimbulkan kesan yang menarik mereka dari tindakannya dari pada kata- kata.
Kedua pesan yang disampaikan mengenai fakta dan informasi (fungsi) yang dapat
dipertanggung jawabkan. Ketiga
mampu memberi daya dorong agar termotivasi kearah (fungsi)
yang memenuhi kepentingan semua pihak. Keempat mampu menjalankan kendali
(fungsi) untuk dapat menerima dan mendengarkan konskuensi berkomunikasi serta
membuat langkah lanjutan dalam tindakan. Disatu sisi kita dapat memahami makna
fungsi komunikasi dan disisi lain diperlukan kemampuan dan keterampilan untuk
mendalami aktualisasi kedalam proses komunikasi karena kita harus meyakini
bahwa tindakan lebih membekas daripada kata-kata, jadi dapat saja pemimpin
melakukan komunikasi, tetapi ia tidak mengambil tindakan, itu berarti tak ada
seorangpun akan mempercayai komunikasi tersebut, akibatnya dapat menimbulkan
sindrom dalam bentuk gejala pura-pura atau bentuk mental yang suka
menunda-nunda. Oleh karena itu, pengkodean (proses) mengubah
suatu pesan komunikasi menjadi bentuk simbol artinya apa yang dikomunikasikan,
saluran (proses) artinya mediun lewat mana sesuatu pesan komunikasi berjalan,
pendekodean (proses) artinya penerjemahan ulang pesan komunikasi seorang
pengirim, gelung umpan balik (proses) artinya tautan akhir dalam proses
komunikasi mengembalikan pesan ke dalam sistem guna memeriksa kesalahpahaman.
Dengan demikian untuk menjadikan komunikasi yang efektif menuntut pengasahan
secara terus menerus oleh pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinan akan
berhasil bila secara sungguh- sungguh memahami fungsi komunikasi disatu sisi
dan disisi lain melaksanakan proses komunikasi, sehingga waktu hidup kita
sebagian besar dipergunakan dalam berpikir untuk menulis, membaca, berbicara
dan mendengarkan dalam kerangka hubungan individu, kelompok dan organisasi.
Komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan sesuatu agar orang lain
dapat memahami kita. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu,
berwawasan luas ke depan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan
rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Kemampuan
berkomunikasi akan sangat menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin memiliki pengikut guna merealisasikan
gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya
kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat
dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa
komunikasi. Dalam kehidupan seorang pemimpin, keberhasilannya ditentukan
dari
cara bagaimana dia dapat berkomunikasi dengan anak buahnya atau pekerjanya. Dan
keberhasilannya dalam berkomunikasi itu dapat menjadi indikator bagi
keberhasilan /kemajuan perusahaan yang dipimpinnya. Lingkaran pusat
kepemimpinan adalah komunikasi. Komunikasi merupakan seni atau cara untuk
menyampaikan sesuatu agar orang lain dapat memahami kita. Apalagi syarat
seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan luas ke depan, ikhlas,
tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik. Kemampuan berkomunikasi akan sangat
menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.
Setiap pemimpin memiliki pengikut guna merealisasikan gagasannya dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya kemampuan berkomunikasi bagi
seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Seperti yang dilakukan oleh orang lain, setiap tindakan, keputusan, dan arahan
yang diambil atau diberikan oleh seorang pemimpin, juga dilakukan dengan
berkomunikasi. Hanya saja, setiap pemimpin dituntut untuk lebih efektif dan
efisien dalam berkomunikasi, mengingat krusialnya implikasi dari setiap
tindakan, keputusan dan perilaku seorang pemimpin. Komunikasi kepemimpinan atau
leadership communication, adalah sebuah model komunikasi bagi para pemimpin, di
mana bentuk komunikasi disesuaikan dengan posisinya sebagai pemimpin. Ini
berarti, ada spesifikasi khusus dari elemen bahasa yang digunakannya. Jadi,
pemimpin yang efektif harus memahami pentingnya komunikasi yang baik.
Komunikasi dapat didefenisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang
atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang vital dalam organisasi
karena komunikasi diperlukan untuk mencapai efektifitas dalam kepemimpinan,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, latihan, manejemen konflik serta
proses-proses organisasi lainnya. Lalu bagaimana mungkin komunikasi bisa
berjalan dengan baik jika seorang pemimpin tidak memberikan kenyamanan malahan
yang ada adalah ketakutan bagi bawahannya dalam menyampaikan informasi
kepadanya? Jika komunikasi berjalan dengan baik, dua orang
tidak lagi menjadi objek yang mati satu sama lainnya, melainkan telah
membukakan celah bagi satu sama lain untuk menjadi pribadi dan dua pribadi yang
saling mengungkapkan penghargaannya. Komunikasi merupakan sebuah komponen
penting dalam suatu kepemimpinan. Seorang pemimpin yang baik salah satunya
dinilai dari caranya berkomunikasi. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin
untuk memahami guideline mengenai cara yang efektif dalam berkomunikasi. Dengan
demikian seorang pemimpin harus bisa dipercaya dan harus mampu
mengkomunikasikan visi perusahaan kepada para karyawannya. Beberapa prinsip
kepemimpinan yang harus dimiliki antara lain: 1. Memahami karakter para
pengikutnya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan ada yang bersifat umum dan
spesifik bergantung pada karakter pribadi masing-masing karyawan. Misalnya gaya
memimpin harus disesuaikan dengan perbedaan karyawan baru dan karyawan senior;
karyawan yang bermotivasi rendah dan yang bermotivasi tinggi. Intinya seorang
pemimpin harus memahami kebutuhan, kepentingan, emosi, dan motivasi para
karyawannya dengan bijak. 2. Mengenali dan memahami karakter diri sang pemimpin
sendiri. termasuk harus tahu apa yang diketahui dan diperbuatnya. Pemimpin
harus memiliki percaya diri. Kalau tidak maka para karyawan kurang
menghargai
sang pemimpin. Karena itu pemimpin yang dihormati bukan karena posisinya tetapi
lebih pada karakternya. 3. Pemimpin harus memiliki kemampuan efektif dengan
para karyawan, khususnya non verbal. Isi pesan harus disampaikan secara lugas
dan sederhana. Selain itu umpan balik sangat strategis dilakukan untuk
mempelajari setiap pesan dalam upaya memperbaiki kinerja perusahaan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi pendengar yang
baik.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang
dapat disampaikan dalalm tulisan ini antara lain pentingnya seorang pemimpin
dan bawahan untuk dapat membuka komunikasi secara efektif dan efisien sehingga
roda organisasi dapat berjalan dengan lancar dalam mencapai tujuan (goal) yang
telah ditentukan. Kemudian seluruh individu yang tergabung dalam sistem
organisasi hendaknya menyadari perlunya ketanggapansegeraan untuk meminimalisir
hambatan komunikasi yang terjadi dengan melakukan beberapa pendekatan atau
solusi yang ditawarkan yaitu menciptakan hubungan yang lebih baik. Maka itu
dikatakan bahwa inti dari kepemimpinan adalah adanya komunikasi yang berjalan
dengan baik.