BAB I
PENDAHULUAN
Stroberi merupakan tanaman buah herba dan
ditemukan pertama kali di Chili, Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman
stroberi, Fragaria chiloensis L telah menyebar ke berbagai Negara
Amerika, Eropa, dan Asia. Jenis stroberi ini pula yang jadi pertama kali masuk
ke Indonesia dan menyebar lebih luas dibanding spesies lainnya. Stroberi
dikenal juga dengan nama arbei (Rukmana, 1998).
Stroberi merupakan salah satu komoditas
buah-buahan yang penting di dunia, terutama untuk Negara-negara beriklim
subtropics. Di Negara-negara yang beriklim subtropics pengembangan budidaya
stroberi dijadikan sebagai salah satu sumber devisi. Pola dan sistem
pengembangan budidaya stroberi telah dipadukan denga sector pariwisata, yaitu
menciptakan kebun agrowisata. Misalnya, di Eropa kebun agrowisata stroberi
telah terdapat di berbagai ngara.
Seiring perkembangan ilmu dan tehnologi
pertanian yang semakin maju, kini stroberi mendapat perhatian pengembangannya
di daerah beriklim tropis. Di Indonesia, walaupun stroberi bukan merupakan
tanaman asli Indonesia, namun pengembangan komoditas ini yang berpola
agribisnis dan agroindustri dapat di kategorikan sebagai salah satu sumber
pendapatan dalam sector pertanian. Stroberi ternyata dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia (Budiman dan Saraswati,
2008).
Budidaya stroberi dapat dilakukan di lahan
terbuka maupun di lahan tertutup. Budidaya di lahan tertutup yaitu dengan
menggunakan sarana green house. Penanaman stroberi di green house merupakan
salah satu upaya agar stroberi dapat dipanen kapan saja dan dapat menghindarkan
tanaman dan buah menjadi busuk pada saat musim hujan. Penerapan budidayanya
dapat dilakukan dengan sistem hidroponik (Dgusyana, 2008).
BAB II
ISI
Botani
Stroberi
Tanaman stroberi dalam tata
nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut ( BAPPENAS, 2000) :
Divisi : Spermatophyta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Keluarga : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria
spp.
Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman
Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan
sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria
xananassa var duchenes. Stroberi ini adalah hasil persilangan
antara Fragaria virginiana L. var
duschenes dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var
duschenes dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis stroberi
tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut
menghasilkan jenis stroberi dengan buah berukuran besar, harum, dan manis
(Adanikid, 2008).
Sifat dan ketahanan buah
stroberi untuk masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan
buah stroberi yang dipanen, baik waktu maupun tingkat kesegaran dan kekerasan
buah tidak sama. Oleh karena itu, perlakuan yang diberikan untuk setiap
varietas dapat berbeda.
Kualitas stroberi ditentukan
oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka mekanis akibat benturan
atau hama-penyakit (Amarta, 2009).
Bunga stroberi berbentuk klaster (tandan) pada
beberapa tangkai bunga. Biasanya bunga mekar tidak bersamaan, bunga yang
terbuka awal biasanya lebih besar ukurannya. Bunga berwarna putih, berdiameter
2,5 - 3,5 cm, terdiri dari 5 - 10 kelopak bunga berwarna hijau, 5 mahkota
bunga, sejumlah tangkai putik dan 2 - 3 lusin benang sari. Benang sari tumbuh
pada 3 lingkaran kedudukan. Jika benang sari berisi tepung sari fertile, benang
sari tersebut berwarna kuning emas. Sementara itu, cairan nektar dihasilkan di
daerah tangkai buah, bagian dasar benang sari atau disebelah luar bunga betina
( Yudi P., 2007 ).
Buah
stroberi berwarna merah. Buah yang biasanya dikenal adalah buah semu, yang
sebenarnya merupakan receptacle yang
membesar. Buah sejati yang berasal dari ovul yang diserbuki berkembang menjadi
buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene
yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan.
Bunga primer mempunyai pistil terbanyak yaitu lebih dari 400 buah, jumlah
pistil pada bunga sekunder antara 200-300 buah, sedangkan pada bunga tersier
hanya 50-150 buah ( Prihartman,K., 2006 ).
Berdasarkan ukuran buah, warna dan kematangan buah, menurut Ariyanto Y. dan
W. Adhi, 2009, buah stroberi dibagi atas 3 kelas:
1. Kelas Ekstra:
> buah
berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies;
> warna
merah dan kematangan buah seragam.
2. Kelas I:
> buah
berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies;
> bentuk
dan warna buah bervariasi.
3. Kelas II:
> tidak
ada batasan ukuran buah;
> sisa
seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.
Berdasarkan
bobot buah, stroberi diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu:
>
Kelas AA: > 20 gram/buah
>
Kelas A : 11-20 gram/buah
>
Kelas B : 7-12 gram/buah
>
Kelas C1 : 7-8 gram/buah
Batang tanaman stroberi
beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak mengandung air, serta tertutupi
pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang.
Buku-buku batang yang tertutup oleh sisi daun mempunyai kuncup (gemma).
Kuncup ketiak dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya
tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman baru.
Struktur
akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum),
batang akar (corpus),
ujung akar (apeks), bulu akar (pilus
radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman
stroberi berakar tunggang (radixprimaria),
akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya
mencapai 100 cm, namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam
15-45 cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya.
Stolon adalah cabang kecil
yang tumbuh mendatar atau menjalar di atas permukaan tanah. Penampakan stolon
secara visual mirip dengan sulur. Tunas dan akar stolon tumbuh membentuk
generasi tanaman baru. Stolon yang tumbuh segera dipotong atau dipisahkan dari
rumpun induk sebagai bahan tanaman (bibit). Bibit yang berasal dari stolon
disebut geragih atau runners (
Adanikid, 2008).
Bila menyentuh tanah, ruas
sulur akan membentuk akar serabut dan tumbuh menjadi tanaman baru. Satu bibit
minimal terdiri dari satu ruas. Dengan demikian, tanaman baru tersebut dapat
dijadikan bibit dengan cara dipisahkan dari induknya. Tanaman induk yang
dipilih sebaiknya berumur 3 bulan, sehat dan produktif. Pada umur tersebut,
tanaman sudah menghasilkan stolon. Disamping dapat ditanam langsung, bibit
stolon juga dapat disemaikan terlebih dahulu, tergantung keadaan akarnya.
Daun tanaman stroberi tersusun
pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta
seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga
(trifoliate). Bagian tepi daun bergerigi, berwarna hijau, dan berstruktur
tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, kemudian daun akan kering
dan mati ( Gayo, B.,2009 ).
Menurut Ariani dan Sri
Retno.,2007, Stroberi (Fragaria chiloensis L.)
sangat kaya akan nutrisi. Setiap 100 gram stroberi mengandung : protein 0,8 g;
lemak 0,5 g; karbohidrat 8,3 g; kalsium 28 mg; fosfor 27 mg; zat besi 0,8 mg;
vitamin A 60 SI; vitamin B1 0,03 mg; vitamin B2 0,07 mg; vitamin C 904,12 mg;
Niasin 60 mg; Air 89,9 g; Serat 3,81 gram; magnesium 16,60 mg; potassium 44,82 mg; selenium 1,16 mg;
folat29,38 mg.
Masa
hidup tanaman stroberi bisa mencapai dua tahun. Stroberi dapat menghasilkan
buah pada usia tanam empat hingga lima bulan. Setelah buah dipetik, tanaman
Stroberi akan berbuah kembali dan dapat dipanen setelah lima belas hari
kemudian. Saat peralihan musim hujan ke musim kemarau, tanaman akan mengalami
penurunan produksi sekitar 30% ( Santi, 2009 ).
Varietas
Pada dasarnya hasil panen
merupakan hasil kerja sama antara genetis varietas dengan lingkungannya,
sedangkan kemampuan adaptasi varietas dengan lingkungan antara suatu varietas
dengan varietas lainnya berbeda (Muhadjir dan Silahooji,
1996). Dimana indeks panen suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetisnya dan
juga lingkungan tempat dimana tumbuh (Coursey, 1979).
Pengembangan varietas unggul tanaman ditentukan
oleh banyak faktor dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program produksi
pertanian. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor lingkungan makro
tempat tumbuh varietas yang bersangkutan dan varietas unggul tanaman yang
bagaimana yang akan dikembangkan.
Pengambilan kebijakan dalam
pengembangan varietas unggul tanaman menentukan keberhasilan pembangunan
pertanian secara sinambung yang mampu memanfaaatkan potensi wilayah tumbuh
tanaman setempat (Bahaiki dan Wicaksana,2005).
Varietas unggul memegang
peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Untuk mengantisipasi
beragamnya lingkungan tumbuh tempat pertanaman, telah dilepas dan ditawarkan
beberapa varietas yang bersifat unggul (Muhadjir dan Arsana,
1999).
Varietas unggul tidak tampak
keunggulan produksinya didaerah yang kurang cocok untuk pertumbuhan tanamannya,
hal ini karena varietas unggul tersebut tidak dapat beradaptasi terhadap
lingkungannya sehingga tidak dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil maksimal
(Suharno, 1998).
Menurut
Sjechnadarfuddin dkk ( 2005) bahwa tinggi rendahnya
tingkat kuantitas dan kualitas hasil suatu tanaman sebagian besar dipengaruhi
oleh varietas yang digunakan. Selain itu varietas unggul biasanya memiliki
tingkat resistensi/ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan berbagai jenis
hama penyakit, kualitas yang lebih baik seperti warna/penampakan, rasa dan
lain-lain.
Menurut Muhadjir dan Arsana
(1999) bahwa varietas unggul adalah kumpulan tanaman yang seragam susunan
genetik maupun keragaan fenotifnya, memiliki sifatsifat yang lebih baik dan
diharapkan hasilnya lebih tinggi dari pada varietas lain pada keadaan
lingkungan tertentu.
Varietas
unggul dengan kualitas lebih baik akan mampu meningkatkan produksi secara
signifikan. Oleh karena itu upaya-upaya budidaya untuk memperoleh
varietas-varietas berkualitas baik akan terus diusahakan ( Suharno, 1998).
Varietas unggul memegang
peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Untuk mengantisipasi
beragamnya lingkungan tumbuh tempat pertanaman, telah dilepas dan ditawarkan
beberapa varietas yang bersifat unggul ( Amarta, 2009 ).
Sifat dan ketahanan buah stroberi
untuk masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan buah
stroberi yang dipanen, baik waktu maupun tingkat kesegaran dan kekerasan buah
tidak sama.
Stroberi merupakan buah daerah
sub tropik. Oleh karena itu, stroberi yang dibudidayakan di Indonesia merupakan
hasil introduksi. Varietas introduksi yang dapat ditanam di Indonesia antara
lain :
1. Sweet
Charlie (asal Amerika Serikat).
Varietas ini ditanam secara luas di dunia karena cepat berbuah, buah besar
dengan warna jingga sampai merah, aroma tergolong kuat, sangat produktif dan
tahan terhadap serangan Colletotrichum.
2. Oso Grande (asal
California).
Varietas ini sekarang digunakan secara luas di dunia. Ukuran buah sangat
besar, buahnya padat, tengahnya bertekstur seperti busa, dan hasil panen
tinggi.
3. Tristar (asal Amerika Barat).
Varietas
ini memerlukan panjang hari netral. Ukuran buah medium sampai kecil, buah cocok
untuk pengolahan makanan, dan tahan terhadap serangan penyakit red stele dan
embun tepung.
4. Nyoho (asal Jepang Selatan dan Korea).
Secara
umum, varietas ini memiliki penampilan buah sangat menarik, mengkilap, buah
padat, sangat manis, sangat cocok untuk bahan baku kue.
5. Hokowaze (asal Jepang Utara).
Varietas
ini memiliki hasil panen tinggi, aroma tajam, sedikit lunak, sangat rentan
terhadap serangan Verticillium dan antraknosa, dan tahan terhadap serangan
penyakit embun tepung.
6. Rosa Linda (asal Florida).
Varietas
ini memiliki hasil panen tinggi dengan aroma buah yang kuat. Varietas ini
digunakan sebagai buah meja dan olahan.
7. Chandler (asal California).
Varietas ini telah ditanam
secara luas di dunis. Ukuran buah besar, hasil panen tinggi dan tahan terhadap
serangan virus. Varietas- varietas tersebut telah banyak dibudidayakan,
khususnya di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cianjur, Cipanas dan
Sukabumi (Jawa Barat), Batu dan Situbondo (Jawa Timur), Magelang dan
Purbalingga (Jawa Tengah), Bedugul (Bali), dan Berastagi (Sumatera Utara). (
Balitjestro, 2009 ).
Syarat Tumbuh Tanaman Stroberi
Lingkungan
tanaman stroberi membutuhkan temperatur rendah, pembudidayaan di Indonesia
harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah
daerah sentra pertanian membudidayakan stroberi. Sehingga dapat dikatakan bahwa
untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman
stroberi(BAPPENAS, 2000).
Suhu
yang cukup dingin di malam hari dibutuhkan untuk memicu proses inisiasi bunga,
sedangkan di siang hari tanaman stroberi, membutuhkan cukup cahaya matahari
untuk proses fotosintensis dan pematangan buah (Gusyana, 2009).
Unsur radiasi matahari yang
penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya
penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya
yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu
rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya
metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis
karbohidrat (Chowdury et al., 1994 ).
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di
daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang
dibutuhkan yaitu sekitar 8-10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman
subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang
memiliki temperatur 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90%
(Prihartman.K., 2006).
Tempat
yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang mengandung tanah
liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan organik, tata air dan
udara yang baik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya
stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan ketinggian tempat sekitar 1000-1.300mdpl
(BAPPENAS, 2000).
Tinggi
tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang
diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat
tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan
penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa
yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah ( Guslim, 2007).
Ketinggian tempat dari permukaan laut juga
sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuah yang ditanam di dataran
rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran
tinggi. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam
tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses
akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat
pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman,
demikian juga sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan
sumber tenaga bagi tanaman (Gusyana, 2009).
Kondisi lingkungan tempat
tanaman dapat mempengaruhi rasa dan aroma buah stroberi, walaupun hal ini
dipengaruhi oleh sifat genetik tanamannya. Varietas stroberi yang tumbuh pada
malam harinya akan mempunyai rasa lebih enak dibandingkan yang tumbuh di bawah
udara berawan. Lembab dan panas malam hari ( Yudi P., 2007 ).
Pedoman Budidaya
1. Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan
biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan
bibit per hektar antara 40.000-83.350.
a. Perbanyakan dengan biji
·
Benih dibeli
dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu
keringanginkan.
·
Kotak
persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran
tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih
disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai
ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur 18-20
derajat C.
·
Persemaian
disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke
bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama
dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di
dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman
telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
b. Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun
Tanaman induk yang dipilih
harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon
adalah sebagai berikut:
·
Bibit anakan
Rumpun dibongkar dengan
cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya
mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi
campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng
persemaian beratap plastik.
·
Bibit stolon
Rumpun yang dipilih telah
memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit
ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk
kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap
dipindahkan ke kebun.
·
Bibit untuk
budidaya stroberi di polibag
Pembibitan dari benih atau
anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa
campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian
berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap
pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang
sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
·
Di awal musim
hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
·
Keringanginkan
selama 15-30 hari.
·
Buat
bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan,
jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40
cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
·
Taburkan
20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
·
Biarkan
bedengan/guludan selama 15 hari.
·
Buat lubang
tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.
b. Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
·
Di awal musim
hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
·
Buatlah
bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan,
jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm,
tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
·
Keringanginkan
15 hari.
·
Taburkan dan
campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg/ha
KCl.
·
Siram hingga
lembab.
·
Pasang mulsa
plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan
ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
·
Buat lubang
di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang
dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50
atau 50 x 40 cm.
·
Buat lubang
tanam di atas lubang mulsa tadi.
c. Pengapuran
Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas
bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah
bedengan/guludan selesai dibuat.
3. Teknik Penanaman
·
Siram polybag
berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.
·
Tanam satu
bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
·
Untuk tanaman
tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis
anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di
dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
·
Sirami tanah
di sekitar pangkal batang sampai lembab.
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum
tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati
atau tumbuh abnormal.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada
pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di
antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan
tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan
susulan.
c. Perempelan/Pemangkasan
Tanaman yang terlalu rimbun,
terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama
membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
d. Pemupukan
·
Pertanaman
tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3
dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara
barisan, kemudian ditutup tanah.
·
Pertanaman
dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik. Campuran
urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air.
Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.
e. Pengairan dan Penyiraman
Sampai tanaman berumur 2
minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi
berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan
disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan air.
f. Pemasangan Mulsa Kering
Mulsa kering dipasang seawal
mungkin setelah tanam pada bedengan/ guludan yang tidak memakai mulsa plastik.
Jerami atau rumput kering setebal 3-5 cm dihamparkan di permukaan
bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.
5. Hama dan Penyakit
a. Hama
1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Kutu berwarna kuning-kuning
kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala:
pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian:
dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
Tungau berukuran sangat kecil,
betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur
kemerah-merahan. Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting,
mengering dan gugur. Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200
EC atau Agrimec 18 EC.
3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar(Otiorhynchus
rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).
Gejala: di bagian tanaman yang
digerek terdapat tepung. Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC,
Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.
4) Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Gejala: bagian tanaman yang
tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian: kimia dengan
insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.
5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)
Hidup di pangkal batang bahkan
sampai pucuk tanaman. Gejala: tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan
kurang berbulu. Pengendalian: dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G
atau Nemacur 10 G.
b. Penyakit
1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea)
Gejala: bagian buah membusuk
dan berwarna coklat lalu mengering. Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau
Grosid 50 SD.
2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)
Gejala: bah masak menjadi
kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna
merah jambu. Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti
Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.
3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).
Gejala: (1) buah busuk,
berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh;
(2) di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur
berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca
panen yang baik dan budidaya dengan mulsa plastik.
4) Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman
Gejala: jamur menyerang akar
sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama
siang hari.
5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).
Gejala: bagian yang terserang,
terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan
mengering dan gugur. Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120
EC.
6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)
Gejala: Daun berbercak bulat
telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu tua. Pengendalian kimia
dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70 WP.
7) Bercak daun
Penyebab: (1) Ramularia
tulasnii atau Mycosphaerella fragariae, Gejala: bercak kecil ungu tua pada
daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih; (2)
Pestalotiopsis disseminata, Gejala: bercak bulat pada daun. Pusat bercak
berwarna coklat fua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau
kekuningan, daun mudah gugur; (3) Rhizoctonia solani, Gejala: bercak
coklat-hitam besar pada daun. Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga
seperti Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB21.
8) Busuk daun (Phomopsis obscurans).
Gejala: noda bula berwarna
abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian noda membentuk luka mirip huruf
V. Pengendalian: dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.
9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae)
Gejala: daun terinfeksi
berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu dan tanaman mati. Pengendalian:
melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.
10) Virus
Ditularkan
melalui serangga aphids atau tungau. Gejala: terjadi perubahan warna daun dari
hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol
(motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian: menggunakan
bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk
mengendalikan serangga pembawa virus.
Pencegahan hama dan penyakit
umumnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun/tanaman, menanam secara
serempak (untuk memutus siklus hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan
pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran
tanaman dengan tanaman bukan keluarga Rosaceae dan memangkas bagian
tanaman/mencabut tanaman yang sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa
plastik juga akan menekan pertumbuhan hama/penyakit. Khusus untuk penyakit,
perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.
6. Panen
Tanaman asal stolon dan anakan
mulai berbung ketika berumur 2 bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya
dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah.
Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa henti.
a. Ciri dan Umur Panen
·
Buah sudah
agak kenyal dan agak empuk.
·
Kulit buah
didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning kemerahan.
·
Buah berumur
2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah.
b. Cara Panen
Panen dilakukan dengan
menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Panen dilakukan dua kali
seminggu.
c. Perkiraan Produksi
Produktivitas tanaman stroberi
tergantung dari varietas dan teknik budidaya:
·
Varitas
Osogrande: 1,2 kg/tanaman/tahun.
·
Varitas
Pajero: 0,8 kg/tanaman/tahun.
·
Varitas
Selva: 0,6-0,7 kg/tanaman/tahun.
Teknik budidaya stroberi
dengan naungan UV memberikan hasil 1-1,25 kg/tanaman/tahun.
7. Pasca Panen
a. Pengumpulan
Buah disimpan dalam suatu
wadah dengan hati-hati agar tidak memar, simpan di tempat teduh atau dibawa
langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas
terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak
penyimpanan.
b. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan buah yang rusak dari
buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan
bentuk buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu:
1) Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2)
warna dan kematangan buah seragam.
2) Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk
dan warna buah bervariasi.
3) Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra
dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.
c. Pengemasan dan Penyimpanan
Buah dikemas di dalam wadah
plastik transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik
lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0-1
derajat C.
BAB III
KESIMPULAN
Tanaman Stroberi memiliki nama latinFragaria spp.Sifat dan ketahanan buah stroberi
untuk masing-masing varietas berbeda-beda.Bunga stroberi berbentuk klaster
(tandan) pada beberapa tangkai bunga.Buah stroberi berwarna merah.Daun tanaman
stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun
berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu
halus.Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak
mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak
seperti rumpun tanpa batang.Tanaman stroberi berakar tunggang (radixprimaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar.
Lingkungan tanaman stroberi membutuhkan temperatur rendah, pembudidayaan di
Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi.Tempat yang cocok untuk bertanam
stroberi adalah lahan berpasir yang mengandung tanah liat, subur dan gembur,
serta mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adanikid. 2008. Bertanam strawberrie. http://www.feedmap.net/. Diakses
21 September 2014.
Amarta. 2009. Strawberry on Farm. Blog at wordpress.com. Diakses
21 September 2014.
Ariani dan Sri Retno Dewi, 2007. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi
buah Strawberry di daerah Tawangmangu melalui penerapan pola tanam secara
organik. http:/www. Lppm.uns.ac.id/. Diakses 21 September 2014.
Ariyanto, Y dan W. Adhi. 2009. Manisnya Berbisnis Strawberry. Majalah
Trust. Batu Malang.
Bahaiki A dan Wicaksana N., 2005. Interaksi Genotip, Lingkungan, Adaptabilitas
dan Stabilitas Hasil dalam pengembangan Tanaman Varietas Unggul di Indonesia.
http :/ www. Zuriat.unpad.ac.id / Diakses 21 September 2014.
Balitjestro, 2009. Mengenal Stroberi. http://www.balitjestro.litbang.deptan.go.id/
Diakses 21 September 2014.
BAPPENAS, 2000. Tentang Stroberi (Fragaria
chiloensis L / F. vesca L.).
http://www.ristek.go.id/. Diakses 21 September 2014..
Budiman, S., dan Saraswati, D., 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Chowdury PK, Thangaraj M, and Jayapragasam.
1994. Biochemical Changes in
Low Irradiance Tolerant and Succeptible Rice Cultivars.Biol.Plantarum.36(2).
Coursey.D.G.,
J.P. Evenson and B.A. Keating. 1979.
Root Crops Training Course Faculty of Agriculture.UdayanaUnivercsity
Australian, Asia University Cooperation Scheme.
Dgusyana, Dadang., 2008. MenanamStroberiDenganSistemHidropinik.
http://dgusyana.wordpress.com. Diakses 21 September 2014.
Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. l.
Mitchell. 1985. Physiology Of Crop Plant.
IOWA State University Press. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo dan Subiyanto.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Gayo. B. 2009. Si Merah Mungil Penebar Wangi. http://www.waspada.co.id. Diakses 21 September 2014.
Guslim. 2007. Agroklimatologi.USU
Press,Medan.
Gusyana. 2009. Menanam Stroberi dengan Sistem Hidroponik. Blog atWordPress.com.Diakses 21 September 2014.
Muhadjir dan J. Silahooij. 1996. Varietas Unggul Harapan PS 85-21460 di PG Takalar.
Berita P3GI Pasuruan. No.15. Pasuruan.
Muhadjir dan W. D. Arsana. 1999. Varietas Unggul Harapan Hasil Uji
Multilokasi Keragaan Varietas di PG Takalar. Berita P3GI Pasuruan. No.25.
Pasuruan.
Prihartman,K., 2006. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Arbei (Stroberi). http://www.IPTEKnet.go.id/BAPPENAS/2000/2htm. Diakses 21 September 2014.
Rukmana, H. R., 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Santi. 2009. Budidaya Stroberi di Purbalingga, Jateng. Blog atWordPress.com. Diakses 21 September 2014.
Sjechnadarfuddin, Indrayanti danTemy. 2005. Modul. Sistem Pertanian. Deptan,BPSDMP, STPP-Medan.
Suharno, 1998. Penampilan PS 80-960 dan PS 82-2670 pada Percobaan Orvar MTT 1995/1996
di KP Comal. Berita P3GI Pasuruan. No.23. Pasuruan.
sebenarnya ada hal hal khusus apa saja sih yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya tanaman buah stroberi ini ? mohon pencerahan budidaya tanaman stroberi nya :)
BalasHapusassalamualaikum. teteh, makalahnya berbobot , tapi ko gak bisa di copas yah wkw, saya tidak ingin copas daa hehe. cuma mengutip, nanti ditempelin nama tetehnya :)
BalasHapusKak di mohon bantuanya mampir ya kak karena disini juga ada kak
BalasHapushttp://strawberrysss.yolasite.com/
.
wah keren nih kak
BalasHapuspohon kelapa wulung
bibit kelapa wulung
bibit kelapa pandanwangi
bibit kelapa hijau wulung
bibit palem merah
bibit pisang cavendish
jual bibit strawberry