Rabu, 26 Juni 2013

Makalah Budidaya Tanaman Bawang Merah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional.
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989-2003 adalah sebesar 3,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (3,5%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah dibandingkan dengan komponen produktivitas (0,4%). Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di Indonesia. Propinsi penghasil utama (luas areal panen > 1 000 hektar per tahun) bawang merah diantaranya adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogya, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan. Kesembilan propinsi ini menyumbang 95,8% (Jawa memberikan kontribusi 75%) dari produksi total bawang merah di Indonesia pada tahun 2003.Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 2004 adalah 4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kapita/bulan (Dirjen Hortikultura, 2004). Estimasi permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada tahun 2004 mencapai 915 550 ton (konsumsi = 795 264 ton; benih, ekspor dan industri = 119 286 ton).
Profil usahatani bawang merah terutama dicirikan oleh 80% petani yang merupakan petani kecil dengan luas lahan usaha < 0.5 ha. Berbagai varietas bawang merah yang diusahakan petani diantaranya adalah Kuning (Rimpeg, Berawa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok Warso, Bima Timor, Bima Sawo, Bima Brebes, Engkel, Bangkok, Philippines dan Thailand. Sementara itu, varietas bawang merah yang lebih disukai petani untuk ditanaman pada musim kemarau adalah varietas Philippines (impor). Puncak panen bawang merah di Indonesia terjadi hampir selama 6-7 bulan setiap tahun, dan terkonsentrasi antara bulan Juni-Desember-Januari, sedangkan bulan kosong panen terjadi pada bulan Pebruari-Mei dan November. Berdasarkan pengamatan tersebut, musim tanam puncak diperkirakan terjadi pada bulan April-Oktober.
Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawang merah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang merah di lahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT - budidaya tanaman sehat, pengendalian secara fisik/mekanik; pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian, serta (d) bentuk olahan - tepung dan bubuk.
Tujuan pengembangan agribisnis bawang merah mencakup: (a) menyediakan benih varietas unggul bawang merah kualitas impor sebagai salah satu upaya substitusi (pengurangan ketergantungan terhadap pasokan impor), (b) meningkatkan produksi bawang merah rata-rata 5.24% per tahun selama periode 2005 – 2010, (c) mengembangkan industri benih bawang merah dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benih bermutu, serta (d) mengembangkan diversifikasi produk bawang merah dalam upaya peningkatan nilai tambah.Substansi pengembangan agribisnis bawang merah diarahkan pada (a) pengembangan ketersediaan benih unggul, (b) pengembangan sentra produksi dan perluasan areal tanam, serta (c) pengembangan produk olahan
Bawang merah ( Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang merah dipasar akan lebih stabil.
1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah seluk beluk dan cara budi daya tanaman bawang merah.
1.3.   Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seluk beluk dan tanaman bawang merah dan cara budi dayanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Klasifikasi Tanaman Bawang Merah
Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom      :    Plantae
Divisio         :    Spermatophyta
Subdivisio    :    Angiospermae
Kelas            :    Monocotyledonae
Ordo            :    Liliales
Family          :    Liliaceae
Genus           :    Alium
Spesises        :    Alium ascalonicum L.

1.      Akar
Tanaman bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).
2.      Batang
Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Sudirja, 2007).
3.      Daun
Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2007).
4.      Bunga
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Sudirja, 2007).
5.      Buah dan Biji
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).
6.      Syarat Tumbuh
a.      Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-32 C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%,  karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan tinggi (BPPT, 2007 ).
Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angin kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300-2500 mm/tahun (Deptan, 2007 ). Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah menghendaki kelembaban udara nisbi antara 80-90 persen. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan, 2007 ).
b.     Tanah
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 0-400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah tanah yang bertekstur remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran matahari minimum 70%. (BPPT, 2007 ).
Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan (Sudirja, 2007).

2.2.   Kajian tentang Budidaya
Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam (bahasa Belanda: akkerbouw). Termasuk dalam "tanaman" di sini adalah gulma laut serta sejumlah fungi penghasil jamur pangan.
Budidaya hewan (husbandry) melibatkan usaha pembesaran bakalan (hewan muda) atau bibit/benih (termasuk benur dan nener) pada suatu lahan tertentu selama beberapa waktu untuk kemudian dijual, disembelih untuk dimanfaatkan daging serta bagian tubuh lainnya, diambil telurnya, atau diperah susunya (dairy). Proses pengolahan produk budidaya ini biasanya bukan bagian dari budidaya sendiri tetapi masih dianggap sebagai mata rantai usaha tani ternak itu.
Ada pula hewan yang melakukan budidaya, yaitu beberapa jenis semut dan rayap. Rayap dan semut memelihara beberapa jenis fungi sebagai bahan pakan bagi larvanya. Semut juga diketahui "menernakkan" kutu daun (aphid) untuk mengambil cairan yang dikeluarkan kutu yang dipeliharanya.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.   Kajian Tentang Bawang Merah
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang  merah   merupakan  bagian penting dari bumbu masakan, baik untuk masakan rumah tangga, restoran  maupun  industri  makanan, di samping itu bawang merah juga bisa di manfaatkan sebagai obat herbal. Bawang merah memiliki nama lokal di antaranya: Bawang    abang    mirah   (Aceh),  Bawang  abang (Palembang), Dasun merah (Minangkabau), Bawang suluh (Lampung), Bawang beureum (Sunda), Brambang  abang  (Jawa), Bhabang merah (Madura), dan masih banyak  lagi yang lainnya, masing-masing daerah memiliki sebutan tersendiri.
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas.
Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan Indonesia berupa soto dan sup menggunakan bawang goreng sebagai penyedap sewaktu dihidangka.bawang goreng merupakan bumbu yang paling sering di gunakan orang indonesia untuk membuat masakan.
Umbi bawang merah dan bawang bombay dikenal dapat menginduksi keluarnya air mata apabila diiris. Hal ini disebabkan reaksi berantai yang terjadi dalam sel-sel umbinya. Apabila umbi lapis diiris, sel-selnya akan pecah dan melepaskan berbagai senyawa yang terkandung di dalamnya. Dua senyawa yang terlepas di antaranya adalah enzim allinase and asam amino. Allinase yang bertemu dengan asam amino yang mengandung belerang (sulfoksida, yaitu sistein dan metionin) akan melepaskan asam sulfenat (R-SOH). Asam sulfenat bersifat tidak stabil dan segera berubah menjadi tiosulfinat [R-S(O)-S-R']. Tiosulfinatlah yang bertanggung jawab atas aroma khas bawang. Selain menjadi tiosulfinat, asam sulfenat yang bertemu dengan enzim lain, LF-sintase (LF singkatan dari lacrymatory factor: "faktor air mata"), akan diubah menjadi syn-propanethial-S-oxide yang berwujud gas. Apabila gas ini mengenai kornea mata, signal dikirim sebagai gangguan pada mata dan mata akan berkedip-kedip serta mengeluarkan air mata untuk "mengusir" pengganggu ini.
3.2.   Syarat Tumbuh
Bawang Merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 - 7.
3.3.   Benih
Penggunaan Benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya bawang merah. Varietas bawang merah yang dapat digunakan adalah Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Timor, Lampung, Banteng dan varietas lokal lainnya. Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60 -80 hari, telah diseleksi dilapangan dan ditempat penyimpanan. Umbi yang digunakan untuk benih adalah berukuran sedang, berdiameter 1,5 - 2 cm dengan bentuk simetris dan telah disimpan 2-4 bulan, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme penganggu tanaman.
3.4.   Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm.

3.5.   Penanaman
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
3.6.   Pemeliharaan
1.      Penyiraman dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
2.      Pemupukan : Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA 200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI 150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
3.      Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam.
4.      Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
5.      Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan Nematoda Akar.
Pengendalian Hama dilakukan dengan cara:
1.      Sanitasi dan pembuangan gulma
2.      Pengumpulan larva dan memusnahkan
3.      Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian ulat
4.      Penggunaan Insektisida
5.      Rotasi Tanaman
Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh Bercak Ungu, Embun Tepung, Busuk Leher Batang, Antraknose, Busuk Umbi, Layu Fusarium dan Busuk Basah.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara:
- Sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit
- Penggunaan benih yang sehat
- Penggunaan fungisida yang efektif

3.7.   Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST, ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton.

3.8.   Pasca Panen
1.      Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.Proses pengeringan dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena sentuhan terdengar gemerisik.
2.      Sortasi dilakukan setalh proses pengeringan
3.      Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.

BAB IV
PENUTUP

4.1.   Kesimpulan
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang Merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 - 7.
Untuk budidaya bawang merah, pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm.
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dengan menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.

4.2.   Saran
Bawang merah ( Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun. Sudah saatnya para petani mencari alternatif untuk membudidayakan tanaman bawang merah sepanjang tahun tanpa terpengaruh musim.


DAFTAR PUSTAKA


AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Hlm 18. BPPT, 2007 . Teknologi budidaya Tanaman Pangan.

htpp//www.iptek.net.id/ind/tekn ologi-pangan/index.php id=244.Diakses 11 Januari 2007.

Deptan. 2007 . Pengenalan Dan Pengendalian Beberapa OPT Benih Hortikultura.

______, 2007 . Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. c

Irwan, 2007. Bawang Merah dan Pestisida.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel php article-id=7849811 .
Diakses 21 Februari 2007. H U U H

Moekesan.T.K., Prabaningrum, L., dan Meitha, L.R., 2000. Penerapan PHT. Pada system Tanaman Tumpang gilir. Bawang merah dan cabai.. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Hlm 8-10, 30.

Rukmana, R, 1995. Bawang merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca panen. Kanisius, Jakarta, Hlm 18.

Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar swadaya, Jakarta, Hlm4.

Suhardi, 1998. Jurnal Hortikultura, Badan penelitian Dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hlm. 1021.

Semangun, H, 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press Yogyakarta. Hlm. 23-27.

Wibowo, S, 1994. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta. Hlm. 179.

Enni Sahrani Nst : Pengaruh Kepekatan Esktrak Daun Nimba Terhadap Penekanan Serangan (Alternaria porri (EII.CIF) Pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L), 2008

2 komentar:

Be a good commentator . .