Kamis, 10 Januari 2013

Cirebon Akan Gelar Budaya Keraton




KOMPAS/RINI KUSTIASIH




JAKARTA, KOMPAS.com - Keraton Kasepuhan Cirebon akan menggelar Budaya Keraton pada 5 Desember 2012 untuk menghidupkan kembali tradisi keraton sebagai pusat pengembangan seni dan budaya sekaligus mengaktifkan ruang kreatif bagi masyarakat sekitar.


"Perlu ada tindakan nyata untuk mengembangkan seni dan budaya keraton yang dulu pernah menjadi tolok ukur berkembangnya sebuah peradaban," kata Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat di Jakarta, Senin (26/11/2012).


Menurut dia, budaya keraton yang berkembang sebagai hasil kreativitas para pendahulu sangat perlu untuk dilestarikan.


Seiring perkembangan zaman, seni dan budaya keraton dikhawatirkan akan ditinggalkan generasi muda karena minimnya acara yang menampilkan produk seni keraton. "Gelar Budaya Keraton Cirebon ini merupakan tindakan nyata untuk menggali kembali, melindungi, dan mengembangkan budaya keraton," katanya.


Pihaknya mendapatkan dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) untuk menggelar acara itu di Keraton Kasepuhan.


Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya Kemenparekraf, Ukus Kuswara, pada kesempatan yang sama mengatakan, pihaknya mendukung upaya pelestarian seni budaya keraton sekaligus mengaktivasi ruang kreatif  bagi masyarakat.


"Selain Taman Budaya, keraton memiliki ruang-ruang kreatif yang perlu dikembangkan sebagai tempat berkreasi, pertunjukan, pameran, lokakarya, dan diskusi untuk masyarakat," kata Ukus Kuswara.


Kemenparekraf sendiri mengemban amanah untuk mengembangkan ruang-ruang kreatif dan ruang-ruang publik sebagai ajang gelar seni dan budaya.


Kesenian yang akan ditampilkan dalam Gelar Budaya Keraton Cirebon pada 5 Desember 2012 di Keraton Kasepuhan itu di antaranya seni pertunjukan dari Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabon. Kesenian itu akan ditampilkan bersamaan dengan tradisi menjamu makan siang tamu keraton di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan.


Di sana akan ditampilan tari Topeng Cirebon, tari Topeng Beling, tarian garapan SMKI Pakungwati, Genjring Sukapura, serta wayang kulit Cirebon semalam suntuk. Pada kesempatan itu Sultan Kasepuhan Cirebon akan menempatkan gamelan renteng Cirebon untuk mengiringi acara.


Gelar Budaya Keraton akan dirangkai dengan peluncuran program nasional terpadu dari Kemenko Kesra yang diberi nama Pandu Gerbang Kampung (Program Nasional Terpadu Gerakan Pembangunan Kampung). Pandu Gerbang Kampung Cirebon itu melibatkan beberapa instansi lain di samping Kemenko Kesra yakni Kemenpera, Kemenkes, Kemensos, Kemendikbud, SIKIB, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

11 Warisan Budaya Indonesia Diakui Dunia



SOLO, KOMPAS.com--Organisasi PBB untuk ususan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya, UNESCO, telah mengakui 850 situs di dunia menjadi warisan budaya, termasuk diantaranya 11 situs yang ada di Indonesia.
Ke-850 situs yang diakui menjadi warisan budaya dunia itu terdiri dari 689 mengenai budaya dan 176 alam, kata Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Jero Wacik dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Dirjen Nilai Seni Budaya Dan Film, Ukus Kuswara, pada Kongres Sekretariatan Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) di Solo, Rabu.
Sebanyak 11 situs budaya Indonesia yang telah diakui sebagai warisan budaya dunia, antara lain mengenai Batik, Wayang, Keris, Angklung, dan situs manusia purba Sangiran.
Mengenai batik, dalam menjaga dan mengembangkannya kedepan tidak ada masalah, karena sekarang tidak hanya kaum tua, generasi muda pun sudah memakai kain batik, sementara keris hanya digunakan sebatas sebagai pelengkap pakaian adat.
"Untuk mempertahankan keris sebagai warisan budaya dunia, memang tidak mudah dan ini menjadi tantangan tersendiri, maka lewat kongres ini harus bisa dijabarkan untuk keris agar tidak saja menjadi pelengkap pakaian adat. Tapi juga bisa sebagai benda seni dan bisa menjadi nilai tambah dan tidak hanya generasi tua, tetapi juga muda yang menyenangi," katanya.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dalam sambutan tertulis yang dibacakan Staf Ahlinya Bidang Politik Maryanto mengatakan bahwa keris memang pada awalnya sebagai senjata untuk melindungi diri, tetapi sekarang sudah tidak terbatas pada fungsi tersebut saja.
Keris selain untuk senjata melindungi diri, dan simbol status sosial juga sebagai barang seni yang bernila tinggi dan juga sebagai barang sovenir yang bisa mendatangkan keuntungan bagi perajin keris.
"Jadi mengenai pelestarian keris itu apa bila dikelola dengan baik juga bisa mendatangkan kesejateraan bagi masyarakat," katanya.
Kongres SNKI perta yang berlangsung dari 19-21 April 2011 di Solo, itu selain untuk memilih pengurus baru, juga menysun program kerjas.
Bersama kongres SNKI tersebut juga digelar pameran dan bursa keris dan juga diadakan demontrasi membuat keris oleh para empu-empu muda.

Sumber :