Selasa, 28 April 2015

Makalah Budidaya Tanaman Stroberi



BAB I
PENDAHULUAN

Stroberi merupakan tanaman buah herba dan ditemukan pertama kali di Chili, Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah menyebar ke berbagai Negara Amerika, Eropa, dan Asia. Jenis stroberi ini pula yang jadi pertama kali masuk ke Indonesia dan menyebar lebih luas dibanding spesies lainnya. Stroberi dikenal juga dengan nama arbei (Rukmana, 1998).
Stroberi merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang penting di dunia, terutama untuk Negara-negara beriklim subtropics. Di Negara-negara yang beriklim subtropics pengembangan budidaya stroberi dijadikan sebagai salah satu sumber devisi. Pola dan sistem pengembangan budidaya stroberi telah dipadukan denga sector pariwisata, yaitu menciptakan kebun agrowisata. Misalnya, di Eropa kebun agrowisata stroberi telah terdapat di berbagai ngara.
Seiring perkembangan ilmu dan tehnologi pertanian yang semakin maju, kini stroberi mendapat perhatian pengembangannya di daerah beriklim tropis. Di Indonesia, walaupun stroberi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun pengembangan komoditas ini yang berpola agribisnis dan agroindustri dapat di kategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sector pertanian. Stroberi ternyata dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik dalam kondisi iklim seperti di Indonesia (Budiman dan Saraswati, 2008).

Budidaya stroberi dapat dilakukan di lahan terbuka maupun di lahan tertutup. Budidaya di lahan tertutup yaitu dengan menggunakan sarana green house. Penanaman stroberi di green house merupakan salah satu upaya agar stroberi dapat dipanen kapan saja dan dapat menghindarkan tanaman dan buah menjadi busuk pada saat musim hujan. Penerapan budidayanya dapat dilakukan dengan sistem hidroponik (Dgusyana, 2008).

BAB II
ISI
Botani Stroberi
Tanaman stroberi dalam tata nama (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut ( BAPPENAS, 2000) :
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi         : Angiospermae
Kelas                : Dicotyledonae
Keluarga          : Rosaceae
Genus              : Fragaria
Spesies             : Fragaria spp.

http://blog.umy.ac.id/sauqi/files/2013/11/strawberry-368-p-FILEminimizer.jpg

Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Fragaria xananassa var duchenes. Stroberi ini adalah hasil persilangan antara Fragaria virginiana L. var duschenes dari Amerika Utara dengan Fragaria chiloensis L. var duschenes dari Chili, Amerika Selatan. Persilangan kedua jenis stroberi tersebut dilakukan pada tahun 1750. Persilangan-persilangan lebih lanjut menghasilkan jenis stroberi dengan buah berukuran besar, harum, dan manis (Adanikid, 2008).
Sifat dan ketahanan buah stroberi untuk masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan buah stroberi yang dipanen, baik waktu maupun tingkat kesegaran dan kekerasan buah tidak sama. Oleh karena itu, perlakuan yang diberikan untuk setiap varietas dapat berbeda.
Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit (Amarta, 2009).
Bunga stroberi berbentuk klaster (tandan) pada beberapa tangkai bunga. Biasanya bunga mekar tidak bersamaan, bunga yang terbuka awal biasanya lebih besar ukurannya. Bunga berwarna putih, berdiameter 2,5 - 3,5 cm, terdiri dari 5 - 10 kelopak bunga berwarna hijau, 5 mahkota bunga, sejumlah tangkai putik dan 2 - 3 lusin benang sari. Benang sari tumbuh pada 3 lingkaran kedudukan. Jika benang sari berisi tepung sari fertile, benang sari tersebut berwarna kuning emas. Sementara itu, cairan nektar dihasilkan di daerah tangkai buah, bagian dasar benang sari atau disebelah luar bunga betina ( Yudi P., 2007 ).
Buah stroberi berwarna merah. Buah yang biasanya dikenal adalah buah semu, yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang berasal dari ovul yang diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene yang terbentuk ditentukan oleh jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan. Bunga primer mempunyai pistil terbanyak yaitu lebih dari 400 buah, jumlah pistil pada bunga sekunder antara 200-300 buah, sedangkan pada bunga tersier hanya 50-150 buah ( Prihartman,K., 2006 ).
Berdasarkan ukuran buah, warna dan kematangan buah, menurut Ariyanto Y. dan W. Adhi, 2009, buah stroberi dibagi atas 3 kelas:
1.   Kelas Ekstra:
>       buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies;
>       warna merah dan kematangan buah seragam.
2.   Kelas I:
>       buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies;
>       bentuk dan warna buah bervariasi.
3.   Kelas II:
>       tidak ada batasan ukuran buah;
>       sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.
Berdasarkan bobot buah, stroberi diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu:
>        Kelas AA: > 20 gram/buah
>        Kelas A : 11-20 gram/buah
>        Kelas B : 7-12 gram/buah
>        Kelas C1 : 7-8 gram/buah
Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang. Buku-buku batang yang tertutup oleh sisi daun mempunyai kuncup (gemma). Kuncup ketiak dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya tumbuh memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman baru.
Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radixprimaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm, namun akar tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya.
Stolon adalah cabang kecil yang tumbuh mendatar atau menjalar di atas permukaan tanah. Penampakan stolon secara visual mirip dengan sulur. Tunas dan akar stolon tumbuh membentuk generasi tanaman baru. Stolon yang tumbuh segera dipotong atau dipisahkan dari rumpun induk sebagai bahan tanaman (bibit). Bibit yang berasal dari stolon disebut geragih atau runners ( Adanikid, 2008).
Bila menyentuh tanah, ruas sulur akan membentuk akar serabut dan tumbuh menjadi tanaman baru. Satu bibit minimal terdiri dari satu ruas. Dengan demikian, tanaman baru tersebut dapat dijadikan bibit dengan cara dipisahkan dari induknya. Tanaman induk yang dipilih sebaiknya berumur 3 bulan, sehat dan produktif. Pada umur tersebut, tanaman sudah menghasilkan stolon. Disamping dapat ditanam langsung, bibit stolon juga dapat disemaikan terlebih dahulu, tergantung keadaan akarnya.
Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliate). Bagian tepi daun bergerigi, berwarna hijau, dan berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, kemudian daun akan kering dan mati ( Gayo, B.,2009 ).
Menurut Ariani dan Sri Retno.,2007, Stroberi (Fragaria chiloensis L.) sangat kaya akan nutrisi. Setiap 100 gram stroberi mengandung : protein 0,8 g; lemak 0,5 g; karbohidrat 8,3 g; kalsium 28 mg; fosfor 27 mg; zat besi 0,8 mg; vitamin A 60 SI; vitamin B1 0,03 mg; vitamin B2 0,07 mg; vitamin C 904,12 mg; Niasin 60 mg; Air 89,9 g; Serat 3,81 gram; magnesium 16,60 mg; potassium 44,82 mg; selenium 1,16 mg; folat29,38 mg.
Masa hidup tanaman stroberi bisa mencapai dua tahun. Stroberi dapat menghasilkan buah pada usia tanam empat hingga lima bulan. Setelah buah dipetik, tanaman Stroberi akan berbuah kembali dan dapat dipanen setelah lima belas hari kemudian. Saat peralihan musim hujan ke musim kemarau, tanaman akan mengalami penurunan produksi sekitar 30% ( Santi, 2009 ).

Varietas
Pada dasarnya hasil panen merupakan hasil kerja sama antara genetis varietas dengan lingkungannya, sedangkan kemampuan adaptasi varietas dengan lingkungan antara suatu varietas dengan varietas lainnya berbeda (Muhadjir dan Silahooji, 1996). Dimana indeks panen suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor genetisnya dan juga lingkungan tempat dimana tumbuh (Coursey, 1979).
Pengembangan varietas unggul tanaman ditentukan oleh banyak faktor dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program produksi pertanian. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor lingkungan makro tempat tumbuh varietas yang bersangkutan dan varietas unggul tanaman yang bagaimana yang akan dikembangkan.
Pengambilan kebijakan dalam pengembangan varietas unggul tanaman menentukan keberhasilan pembangunan pertanian secara sinambung yang mampu memanfaaatkan potensi wilayah tumbuh tanaman setempat (Bahaiki dan Wicaksana,2005).
Varietas unggul memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Untuk mengantisipasi beragamnya lingkungan tumbuh tempat pertanaman, telah dilepas dan ditawarkan beberapa varietas yang bersifat unggul (Muhadjir dan Arsana, 1999).
Varietas unggul tidak tampak keunggulan produksinya didaerah yang kurang cocok untuk pertumbuhan tanamannya, hal ini karena varietas unggul tersebut tidak dapat beradaptasi terhadap lingkungannya sehingga tidak dapat tumbuh optimal dan memberikan hasil maksimal (Suharno, 1998).
Menurut Sjechnadarfuddin dkk ( 2005) bahwa tinggi rendahnya tingkat kuantitas dan kualitas hasil suatu tanaman sebagian besar dipengaruhi oleh varietas yang digunakan. Selain itu varietas unggul biasanya memiliki tingkat resistensi/ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan berbagai jenis hama penyakit, kualitas yang lebih baik seperti warna/penampakan, rasa dan lain-lain.
Menurut Muhadjir dan Arsana (1999) bahwa varietas unggul adalah kumpulan tanaman yang seragam susunan genetik maupun keragaan fenotifnya, memiliki sifat­sifat yang lebih baik dan diharapkan hasilnya lebih tinggi dari pada varietas lain pada keadaan lingkungan tertentu.
Varietas unggul dengan kualitas lebih baik akan mampu meningkatkan produksi secara signifikan. Oleh karena itu upaya-upaya budidaya untuk memperoleh varietas-varietas berkualitas baik akan terus diusahakan ( Suharno, 1998).
Varietas unggul memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas. Untuk mengantisipasi beragamnya lingkungan tumbuh tempat pertanaman, telah dilepas dan ditawarkan beberapa varietas yang bersifat unggul ( Amarta, 2009 ).
Sifat dan ketahanan buah stroberi untuk masing-masing varietas berbeda-beda. Kondisi ini mengakibatkan buah stroberi yang dipanen, baik waktu maupun tingkat kesegaran dan kekerasan buah tidak sama.
Stroberi merupakan buah daerah sub tropik. Oleh karena itu, stroberi yang dibudidayakan di Indonesia merupakan hasil introduksi. Varietas introduksi yang dapat ditanam di Indonesia antara lain :
1.   Sweet Charlie (asal Amerika Serikat).
Varietas ini ditanam secara luas di dunia karena cepat berbuah, buah besar dengan warna jingga sampai merah, aroma tergolong kuat, sangat produktif dan tahan terhadap serangan Colletotrichum.
2.   Oso Grande (asal California).
Varietas ini sekarang digunakan secara luas di dunia. Ukuran buah sangat besar, buahnya padat, tengahnya bertekstur seperti busa, dan hasil panen tinggi.
3.   Tristar (asal Amerika Barat).
Varietas ini memerlukan panjang hari netral. Ukuran buah medium sampai kecil, buah cocok untuk pengolahan makanan, dan tahan terhadap serangan penyakit red stele dan embun tepung.
4.   Nyoho (asal Jepang Selatan dan Korea).
Secara umum, varietas ini memiliki penampilan buah sangat menarik, mengkilap, buah padat, sangat manis, sangat cocok untuk bahan baku kue.
5.   Hokowaze (asal Jepang Utara).
Varietas ini memiliki hasil panen tinggi, aroma tajam, sedikit lunak, sangat rentan terhadap serangan Verticillium dan antraknosa, dan tahan terhadap serangan penyakit embun tepung.
6.   Rosa Linda (asal Florida).
Varietas ini memiliki hasil panen tinggi dengan aroma buah yang kuat. Varietas ini digunakan sebagai buah meja dan olahan.
7.   Chandler (asal California).
Varietas ini telah ditanam secara luas di dunis. Ukuran buah besar, hasil panen tinggi dan tahan terhadap serangan virus. Varietas- varietas tersebut telah banyak dibudidayakan, khususnya di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cianjur, Cipanas dan Sukabumi (Jawa Barat), Batu dan Situbondo (Jawa Timur), Magelang dan Purbalingga (Jawa Tengah), Bedugul (Bali), dan Berastagi (Sumatera Utara). ( Balitjestro, 2009 ).



Syarat Tumbuh Tanaman Stroberi
Lingkungan tanaman stroberi membutuhkan temperatur rendah, pembudidayaan di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah sentra pertanian membudidayakan stroberi. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah sentra penanaman stroberi(BAPPENAS, 2000).
Suhu yang cukup dingin di malam hari dibutuhkan untuk memicu proses inisiasi bunga, sedangkan di siang hari tanaman stroberi, membutuhkan cukup cahaya matahari untuk proses fotosintensis dan pematangan buah (Gusyana, 2009).
Unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Chowdury et al., 1994 ).
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600­-700 mm/tahun dengan lama penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan yaitu sekitar 8-10 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17-20°C dengan kelembaban udara antara 80-90% (Prihartman.K., 2006).
Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara yang baik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi adalah sekitar 6.5-7.0 dengan ketinggian tempat sekitar 1000-1.300mdpl (BAPPENAS, 2000).

Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah ( Guslim, 2007).
Ketinggian tempat dari permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman. Tanaman berbuah yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian juga sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman (Gusyana, 2009).
Kondisi lingkungan tempat tanaman dapat mempengaruhi rasa dan aroma buah stroberi, walaupun hal ini dipengaruhi oleh sifat genetik tanamannya. Varietas stroberi yang tumbuh pada malam harinya akan mempunyai rasa lebih enak dibandingkan yang tumbuh di bawah udara berawan. Lembab dan panas malam hari ( Yudi P., 2007 ).



Pedoman Budidaya
1.    Pembibitan
Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan dan stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara 40.000-83.350.
a.    Perbanyakan dengan biji
·      Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan.
·      Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan pada temperatur 18-20 derajat C.
·      Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindahtanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
b.    Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun
Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif. Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:
·      Bibit anakan
Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng persemaian beratap plastik.
·      Bibit stolon
Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua. Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan ke kebun.
·      Bibit untuk budidaya stroberi di polibag
Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang (2:1). Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan.

2.    Pengolahan Media Tanam
a.    Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
·      Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30-40 cm.
·      Keringanginkan selama 15-30 hari.
·      Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
·      Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di permukaan bedengan/ guludan.
·      Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari.
·      Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.

b.    Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
·      Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan 15-30 hari.
·      Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm.
·      Keringanginkan 15 hari.
·      Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg/ha KCl.
·      Siram hingga lembab.
·      Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan bambu berbentuk U.
·      Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
·      Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.
c.    Pengapuran
Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata. Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai dibuat.
3.    Teknik Penanaman
·      Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya dengan hati-hati.
·      Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal batang.
·      Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanan tanaman.
·      Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.

4.    Pemeliharaan Tanaman
a.    Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
b.    Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.

c.    Perempelan/Pemangkasan
Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
d.    Pemupukan
·      Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup tanah.
·      Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram dengan 350-500 cc larutan pupuk.
e.    Pengairan dan Penyiraman
Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi parit antar bedengan dengan air.
f.     Pemasangan Mulsa Kering
Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/ guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering setebal 3-5 cm dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan antara barisan tanaman.


5.    Hama dan Penyakit
a.    Hama
1)   Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.
2)   Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC.
3)   Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar(Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).
Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.
4)   Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal. Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau Decis 2,5 EC.

5)   Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)
Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman. Gejala: tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan kurang berbulu. Pengendalian: dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G atau Nemacur 10 G.
b.    Penyakit
1)   Kapang kelabu (Botrytis cinerea)
Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering. Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.
2)   Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)
Gejala: bah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat muda dan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.
3)   Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).
Gejala: (1) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan akan mengeluarkan cairan keruh; (2) di tempat penyimpanan, buah yang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan spora hitam. Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik dan budidaya dengan mulsa plastik.
4)    Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman
Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.

5)   Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).
Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur. Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC.
6)   Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)
Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur, berwarna ungu tua. Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70 WP.
7)   Bercak daun
Penyebab: (1) Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae, Gejala: bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna coklat yang akan berubah menjadi putih; (2) Pestalotiopsis disseminata, Gejala: bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat fua dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau kekuningan, daun mudah gugur; (3) Rhizoctonia solani, Gejala: bercak coklat-hitam besar pada daun. Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB21.
8)   Busuk daun (Phomopsis obscurans).
Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu, kemudian noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian: dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.
9)   Layu vertisillium (Verticillium dahliae)
Gejala: daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat, layu dan tanaman mati. Pengendalian: melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.
10)    Virus
Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau. Gejala: terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning (khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol (motle), daun jadi keriput, kaku, tanaman kerdil. Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan serangga pembawa virus.

Pencegahan hama dan penyakit umumnya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun/tanaman, menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup), menanam bibit yang sehat, memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh sehat, melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga Rosaceae dan memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang sakit. Membudidayakan stroberi dengan mulsa plastik juga akan menekan pertumbuhan hama/penyakit. Khusus untuk penyakit, perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.

6.    Panen
Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa henti.
a.    Ciri dan Umur Panen
·      Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.
·      Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga kuning kemerahan.
·      Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal pembentukan buah.
b.    Cara Panen
Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu.
c.    Perkiraan Produksi
Produktivitas tanaman stroberi tergantung dari varietas dan teknik budidaya:
·      Varitas Osogrande: 1,2 kg/tanaman/tahun.
·      Varitas Pajero: 0,8 kg/tanaman/tahun.
·      Varitas Selva: 0,6-0,7 kg/tanaman/tahun.
Teknik budidaya stroberi dengan naungan UV memberikan hasil 1-1,25 kg/tanaman/tahun.

7.    Pasca Panen
a.    Pengumpulan
Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar, simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan.
b.    Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3 kelas kualitas buah yaitu:
1)   Kelas Ekstra: (1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies; (2) warna dan kematangan buah seragam.
2)   Kelas I: (1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies; (2) bentuk dan warna buah bervariasi.
3)   Kelas II: (1) tidak ada batasan ukuran buah; (2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan baik.
c.    Pengemasan dan Penyimpanan
Buah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen. Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0-1 derajat C.

BAB III
KESIMPULAN

Tanaman Stroberi memiliki nama latinFragaria spp.Sifat dan ketahanan buah stroberi untuk masing-masing varietas berbeda-beda.Bunga stroberi berbentuk klaster (tandan) pada beberapa tangkai bunga.Buah stroberi berwarna merah.Daun tanaman stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran agak panjang. Tangkai daun berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus.Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku, banyak mengandung air, serta tertutupi pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang.Tanaman stroberi berakar tunggang (radixprimaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar.
Lingkungan tanaman stroberi membutuhkan temperatur rendah, pembudidayaan di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi.Tempat yang cocok untuk bertanam stroberi adalah lahan berpasir yang mengandung tanah liat, subur dan gembur, serta mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara yang baik.

DAFTAR PUSTAKA


Adanikid. 2008. Bertanam strawberrie. http://www.feedmap.net/. Diakses 21 September 2014.
Amarta. 2009. Strawberry on Farm. Blog at wordpress.com. Diakses 21 September 2014.
Ariani dan Sri Retno Dewi, 2007. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi buah Strawberry di daerah Tawangmangu melalui penerapan pola tanam secara organik. http:/www. Lppm.uns.ac.id/. Diakses 21 September 2014.
Ariyanto, Y dan W. Adhi. 2009. Manisnya Berbisnis Strawberry. Majalah Trust. Batu Malang.
Bahaiki A dan Wicaksana N., 2005. Interaksi Genotip, Lingkungan, Adaptabilitas dan Stabilitas Hasil dalam pengembangan Tanaman Varietas Unggul di Indonesia. http :/ www. Zuriat.unpad.ac.id / Diakses 21 September 2014.
Balitjestro, 2009. Mengenal Stroberi. http://www.balitjestro.litbang.deptan.go.id/ Diakses 21 September 2014.
BAPPENAS, 2000. Tentang Stroberi (Fragaria chiloensis L / F. vesca L.). http://www.ristek.go.id/. Diakses 21 September 2014..
Budiman, S., dan Saraswati, D., 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Chowdury PK, Thangaraj M, and Jayapragasam. 1994. Biochemical Changes in Low Irradiance Tolerant and Succeptible Rice Cultivars.Biol.Plantarum.36(2).
Coursey.D.G., J.P. Evenson and B.A. Keating. 1979. Root Crops Training Course Faculty of Agriculture.UdayanaUnivercsity Australian, Asia University Cooperation Scheme.
Dgusyana, Dadang., 2008. MenanamStroberiDenganSistemHidropinik. http://dgusyana.wordpress.com. Diakses 21 September 2014.
Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. l. Mitchell. 1985. Physiology Of Crop Plant. IOWA State University Press. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo dan Subiyanto. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Gayo. B. 2009. Si Merah Mungil Penebar Wangi. http://www.waspada.co.id. Diakses 21 September 2014.
Guslim. 2007. Agroklimatologi.USU Press,Medan.
Gusyana. 2009. Menanam Stroberi dengan Sistem Hidroponik. Blog atWordPress.com.Diakses 21 September 2014.
Muhadjir dan J. Silahooij. 1996. Varietas Unggul Harapan PS 85-21460 di PG Takalar. Berita P3GI Pasuruan. No.15. Pasuruan.
Muhadjir dan W. D. Arsana. 1999. Varietas Unggul Harapan Hasil Uji Multilokasi Keragaan Varietas di PG Takalar. Berita P3GI Pasuruan. No.25. Pasuruan.
Prihartman,K., 2006. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Arbei (Stroberi). http://www.IPTEKnet.go.id/BAPPENAS/2000/2htm. Diakses 21 September 2014.
Rukmana, H. R., 1998. Stroberi Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Santi. 2009. Budidaya Stroberi di Purbalingga, Jateng. Blog atWordPress.com. Diakses 21 September 2014.
Sjechnadarfuddin, Indrayanti danTemy. 2005. Modul. Sistem Pertanian. Deptan,BPSDMP, STPP-Medan.
Suharno, 1998. Penampilan PS 80-960 dan PS 82-2670 pada Percobaan Orvar MTT 1995/1996 di KP Comal. Berita P3GI Pasuruan. No.23. Pasuruan.