Rabu, 09 Januari 2013

Ajak Generasi Muda Selamatkan Budaya Batak



Salah satu adegan menyanyi di opera Batak [SP/Hendro Situmorang]Salah satu adegan menyanyi di opera Batak [SP/Hendro Situmorang]
[JAKARTA] Seni budaya Sumatra Utara (Sumut) begitu kental dan khas, apalagi banyak musisi negeri yang berdarah Batak. Namun yang sangat disedihkan kebudayaan itu lambat laun semakin surut termakan oleh globalisasi dan modernisasi, sehingga bukan sedikit generasi muda bangsa ini menganggap kebudayaan adalah suatu hal yang kolot. 

Hal ini akhirnya membuat Rio Silaen memberanikan diri, menyutradarai sebuah pagelaran teater musikal Opera Batak yang bertajuk ”Senandung Kampoeng Halaman”. Pencetus, sutradara sekaligus produser itu mengatakan misi tujuannya adalah dari Batak untuk Indonesia, karena bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Indonesia.

 ”Opera Batak ini hasil proses peleburan kemajuan budaya dan zaman. Karena itu kami menggunakan bahasa Indonesia, agar pesan ini sampai ke generasi muda dan melekat. Namun esensinya memakai lagu Batak. Opera ini berkembang dan beda dengan yang dulu dan bersifat kolosal, karena kalau tak berubah, budaya kita bisa akan mati. Opera ini menggabungan musik, tari dan nyanyian,” ujarnya di Jakarta, Kamis (14/7).   

Opera Batak yang akan dipentaskan di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM), Sabtu, 30 Juli besok, akan mempertunjukkan opera yang menarik dan mendaur ulang lagu-lagu  lama, agar mudah melekat dan tak hilang begitu saja pada generasi muda. 

Dikala mungkin anak-anak muda saat ini menganggap ini adalah hal yang kuno, Rio justru ingin mengajak generasi muda untuk bergandengan tangan menghidupkan kembali masyarakat yang berbudaya dan bangga akan bangsanya, karena jika bukan dari kita siapa lagi yang akan melanjutkannya. 

Rio menegaskan, 70 persen pendukungnya bukan (non) orang Batak. Hal ini agar membuka wacana bahwa kita satu bangsa. Musiknya pun disajikan secara universal sama seperti pementasan di Tionghoa, India dan Amerika yang terbuka. ”Maka dari itu lagu-lagu Batak pada opera tersebut ada yang dipadukan dengan musik rap seperti Alusia, namun tak keluar atau lari dari pakemnya (lagu aslinya). Ini sekedar mengikuti trend saat ini,” tuturnya yang menjelaskan usia pemain opera mulai dari yang termuda berusia 7 tahun hingga 70 tahun lebih. 

Penyanyi senior Hakim Tobing sendiri menyambut baik yang akan memprakarsai ”halak Batak” yang lahir di Jakarta. Budaya Batak sebagai salah satu budaya Tanah Air, tidak boleh ditinggalkan, karena semua menunjang ke arah nasional. ”Terus terang saya bangga dengan anak-anak muda khususnya yang tergabung dalam Voice of Indonesia yang peduli dengan budaya Batak dan kampung halamannya. Padahal mereka tidak terlahir di Sumatra Utara, namun darah Batak mereka yang memanggilnya," ujar Hakim. 

Melalui Teater Musikal Opera Batak, ia berharap bisa menjadi sebuah acuan bagi generasi muda kita untuk kembali membangun rasa nasionalisme dan kebangsaan, menjadikan seni dan budaya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa. Dalam Opera Batak sendiri akan ada 100 penampil diatas panggung Teater Jakarta nanti, dari penari, paduan suara, kolaborasi gondang Batak dan orkestra, dari seniman senior seperti Hakim Tobing hingga Diva Indonesia si Burung Camar Vina Panduwinata turut tampil dalam Teater  Musikal ini.

 ”Dalam sejarah budaya Batak ini merupakan pagelaran Opera Batak yang terbesar sepanjang seni budaya ini berjalan. Maka dari itu dalam  kesempatan ini  mudah-mudahan seni budaya Batak dapat hidup kembali, dan tentunya sebagai  generasi muda kita terus dapat mempertahankan nilai-nilai positif dalam berkehidupan berbudaya, dan menjunjung nilai persatuan kita sebagai ungkapan kebanggaan kita sebagai anak Batak, dan cinta kita terhadap Bangsa Indonesia,” tambah Franky Sihombing. 

Cerita diperankan oleh Hilmi seorang anak yang pergi meninggalkan tanah kelahirannya dan mengadu nasib di Jakarta. Adegan penting kultur Batak dipertunjukkan mulai dari pernikahan hingga kematian. Bahkan lagu sejarah perjuangan lagu Butet pun akan dinyanyikan secara orkestra dengan lagu lainnya seperti Alusi ahu, O Tano Batak, Anakku Na Burju (anak yang baik), O Tao Na Tio (Danau yang jernih) dan lainnya dengan music director Teffy Mayne.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Be a good commentator . .