Jumat, 05 Juli 2013

Artikel Kesulitan dalam Belajar


Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan gangguan. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Usaha demi usaha harus diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar anak didik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar.
Suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya inteligensi. Karena pada kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki intelegensi tinggi, namun hasil belajarnya rendah. Begitu pula sebaliknya. Selain faktor intelegensi, faktor non intelegensi dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar.
Empat macam kesulitan dalam belajar :
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
o    Ada yang berat
o    Ada yang sedang
1.      Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
o    Ada yang sebagian mata pelajaran
o    Ada yang sifatnya sementara
1.      Dilihat dari sifat kesulitannya
o    Ada yang sifatnya menetap
o    Ada yang sifatnya sementara
1.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya
o    Ada yang karena faktor intelegensi
o    Ada yang karena faktor non-intelegensi
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
1.      B.     Beberapa Penyebab Kesulitan Belajar
Muhibbin Syah melihat dari sudut intern dan ekstern anak didik. Menurut faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu :
1)      Yang bersifat kognitif (ranah cipta): rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi
2)      Yang bersifat afektif (ranah rasa): labilnya emosi dan sikap
3)      Yang bersifat psikomotor (ranah karsa): terganggungnya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)
Faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar.
Faktor lingkungan meliputi:
Lingkungan keluarga : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
Lingkungan perkampungan/masyarakat : wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
Lingkungan sekolah : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Faktor-faktor khusus misalnya sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya disleksia (dyslexia) yaitu ketikmampuan belajar membaca. Disgrafia (dysgraphia) yaitu ketidakmampuan belajar menulis. Diskalkulia (dyscalculia) yaitu ketidakmampuan balajar matematika.Kesulitan belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom mungkin hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak (minimal) brain dysfunction. (Muhibbin Syah, 1999:165).
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.

1)      Faktor Anak Didik
Anak didik adalah subjek yang belajar. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik:
¨      Intelegensi (IQ) yang kurang baik
¨      Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh Guru.
¨      Faktor emosional yang kurang stabil.
¨      Aktivitas belajar yang kurang.
¨      Kebiasaan belajar yang kurang baik.
¨      Penyesuaian sosial yang sulit.
¨      Latar belakang pengalaman yang pahit.
¨       Cita-cita yang tidak relevan.
¨      Latar belakang yang dimasuki dengan sistem sosial dan KBM di kelas yang kurang baik.
¨      Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajar.
¨      Keadaan fisik yang kurang menunjang.
¨      Kesehatan yang kurang baik.
¨      Seks atau pernikahan yang tak terkendali.
¨      Pengetahuan dan ketrampilan dasar yang kurang memadai atas bahan yang dipelajari.
¨      Tidak ada motivasi dalam belajar.
2)      Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sekolah ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar:
o    Pribadi guru yang kurang baik.
o    Guru tidak berkualitas.
o    Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.
o    Guru-guru menuntutstandar pelajaran di atas kemampuan anak.
o    Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
o    Cara guru mengajar yang kurang baik.
o    Alat/media yang kurang memadai.
o    Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya.
o    Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara dengan baik.
o    Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
o    Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.
o    Kepemimpinan dan administrasi.
o    Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3)      Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia pendidikan. Faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik:
o    Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah
o    Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua
o    Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah
o    Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebihan
o    Kesehatan keluarga yang kurang baik
o    Perhatian orang tua yang tidak memadai
o    Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang
o    Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan
o    Anak yang terlalu banyak membantu orang tua
4)      Faktor Masyarakat Sekitar
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakat kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat terpatri strata sosial yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar golongan, pendidikan, jabatan, status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik sosial. Keributan, pertengkaran, pembunuhan, perjudian, perampokan, gossip dan perilaku jahiliyah lainya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat. Ketergantungan pada obat terlarang membuat anak didik pasrah pada nasib. Anak didik tidak bisa lagi dididik karena pengaruh obat terlarang. Keributan lingkungan sekitar berpotensi memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya anak didik tidak betah belajar karena sulit membangkitkan daya konsentrasi.
Kesulitan belajar bagi anak didik juga bersumber dari media cetak dan media elektronik. Dalam salah satu laporan, presentase remaja yang sudah melakukan perbuatan dalam berpacaran yaitu mencium bibir (28,5%), memegang buah dada (12,2%), memegang alat kelamin dibalik baju (8,4%), memegang alat kelamin diatas baju (7,0%), dan melakukan senggama (4,1%).(Sarwono, 1981:28). Anak didik sering berkhayal tentang kenikmatan seks.
Kelompok gengster yang menjadi teman anak didik di masyarakat dapat mempersulit dalam belajar. Gengster adalah manusia kanibalisme yang wajib dijauhi oleh anak didik.
1.      C.    Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar:
ð  Menunjukkan prestasi belajar yang rendah.
ð  Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
ð  Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
ð  Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar.
ð  Anak anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya.
ð  Anak didik yang tergolong memiliki IQ tingggi, yang seharusnya prestasi belajarnya tinggi tapi kenyataannya tidak.
ð  Anak didik yang selalu berprestasi belajar tinggi, namun di lain waktu menurun drastis.
Seorang guru dapat melakukan penyelidikan dengan cara:
1.      Observasi
Observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati objek. Misalnya: Bagaimana sikap anak didik dalam mengikuti pelajaran? , Bagaimana persiapan psiko-fisiknya dalam menghadapi pelajaran yang akan diberikan?
1.      Interview
Interview adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung. Lebih akurat jika setelah observasi dilakukan interview.

1.      Dokumentasi
Dokumetasi adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan, arsip, dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Dokumen meliputi riwayat hidup, prestasi anak didik, kumpulan ulangan, catatan kesehatan, buku raport, dsb.
1.      Tes Diagnostik
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya.

1.      D.    Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
2.      Pengumpulan Data
Usaha ini bisa melalui kegiatan kunjungan rumah, case study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, meneliti tugas kelompok, melaksanakan tes.
1.      Pengolahan Data
Langkah-langkah yang ditempuh yakni identifikasi kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasi tes, menarik kesimpulan.
1.      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Hal ini dapat berupa:
Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan beajar anak didik.
1.      Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. Adapun pertanyaan yang harus diajukan menggunakan rumus 5W+1H.


1.      Treatment
Treatment adalah perlakuan. Yang dimaksud perlakuan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan:
¤  Melalui bimbingan belajar individual.
¤  Melalui bimbingan belajar kelompok.
¤  Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
¤  Melalui bimbingan orang tua di rumah.
¤  Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah psikologis.
¤   Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
¤  Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
1.      Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk menegtahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
Jika terjadi kegagalan treatment, langkah yang perlu ditempuh adalah Re-ceking (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data), Re-diagnosis, Re-prognosis, Re-treatment, Re-evaluasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Be a good commentator . .