Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka
dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan, dan
gangguan. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu
mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat
diperlukan oleh anak didik.
Di setiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak
didik yang berkesulitan belajar. Usaha demi usaha harus diupayakan dengan
berbagai strategi dan pendekatan agar anak didik dapat dibantu keluar dari
kesulitan belajar.
Suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar
anak didik disebabkan rendahnya inteligensi. Karena pada kenyataannya cukup
banyak anak didik yang memiliki intelegensi tinggi, namun hasil belajarnya
rendah. Begitu pula sebaliknya. Selain faktor intelegensi, faktor non
intelegensi dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar.
Empat macam kesulitan dalam belajar :
1.
Dilihat dari jenis kesulitan belajar
o Ada yang berat
o Ada yang sedang
1.
Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari
o Ada yang sebagian mata pelajaran
o Ada yang sifatnya sementara
1.
Dilihat dari sifat kesulitannya
o Ada yang sifatnya menetap
o Ada yang sifatnya sementara
1.
Dilihat dari segi faktor penyebabnya
o Ada yang karena faktor intelegensi
o Ada yang karena faktor non-intelegensi
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat
belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar.
1.
B. Beberapa
Penyebab Kesulitan Belajar
Muhibbin Syah melihat dari sudut intern dan ekstern anak didik. Menurut
faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik
anak didik, yaitu :
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta):
rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa):
labilnya emosi dan sikap
3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa):
terganggungnya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)
Faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar.
Faktor lingkungan meliputi:
Lingkungan keluarga : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu
dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
Lingkungan perkampungan/masyarakat : wilayah perkampungan kumuh (slum
area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
Lingkungan sekolah : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti
dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Faktor-faktor khusus misalnya sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala
yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan
kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya disleksia (dyslexia) yaitu
ketikmampuan belajar membaca. Disgrafia (dysgraphia) yaitu ketidakmampuan
belajar menulis. Diskalkulia (dyscalculia) yaitu ketidakmampuan balajar
matematika.Kesulitan belajar anak didik yang menderita sindrom-sindrom mungkin
hanya disebabkan oleh adanya gangguan ringan pada otak (minimal) brain
dysfunction. (Muhibbin Syah, 1999:165).
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi
faktor anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.
1) Faktor Anak Didik
Anak didik adalah subjek yang belajar. Faktor-faktor yang dapat menjadi
penyebab kesulitan belajar anak didik:
¨ Intelegensi (IQ) yang kurang baik
¨ Bakat yang kurang atau tidak sesuai
dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang diberikan oleh Guru.
¨ Faktor emosional yang kurang stabil.
¨ Aktivitas belajar yang kurang.
¨ Kebiasaan belajar yang kurang baik.
¨ Penyesuaian sosial yang sulit.
¨ Latar belakang pengalaman yang pahit.
¨ Cita-cita yang tidak relevan.
¨ Latar belakang yang dimasuki dengan
sistem sosial dan KBM di kelas yang kurang baik.
¨ Ketahanan belajar (lama belajar) tidak
sesuai dengan tuntutan waktu belajar.
¨ Keadaan fisik yang kurang menunjang.
¨ Kesehatan yang kurang baik.
¨ Seks atau pernikahan yang tak
terkendali.
¨ Pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
kurang memadai atas bahan yang dipelajari.
¨ Tidak ada motivasi dalam belajar.
2) Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan
rumah rehabilitasi anak didik. Sekolah ikut terlibat menimbulkan kesulitan
belajar bagi anak didik. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dianggap
dapat menimbulkan kesulitan belajar:
o Pribadi guru yang kurang baik.
o Guru tidak berkualitas.
o Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.
o Guru-guru menuntutstandar pelajaran di atas kemampuan anak.
o Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar
anak didik.
o Cara guru mengajar yang kurang baik.
o Alat/media yang kurang memadai.
o Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya.
o Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak
terpelihara dengan baik.
o Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
o Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.
o Kepemimpinan dan administrasi.
o Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3) Faktor Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui
keberadaannya dalam dunia pendidikan. Faktor dalam keluarga yang menjadi
penyebab kesulitan belajar anak didik:
o Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah
o Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua
o Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus di rumah
o Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak
berlebihan
o Kesehatan keluarga yang kurang baik
o Perhatian orang tua yang tidak memadai
o Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang
o Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan
o Anak yang terlalu banyak membantu orang tua
4) Faktor Masyarakat Sekitar
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat
adalah komunitas masyarakat kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat
terpatri strata sosial yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar
golongan, pendidikan, jabatan, status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang
kurang bersahabat sering memicu konflik sosial. Keributan, pertengkaran,
pembunuhan, perjudian, perampokan, gossip dan perilaku jahiliyah lainya sudah
menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat. Ketergantungan pada obat
terlarang membuat anak didik pasrah pada nasib. Anak didik tidak bisa lagi dididik
karena pengaruh obat terlarang. Keributan lingkungan sekitar berpotensi
memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya anak didik tidak
betah belajar karena sulit membangkitkan daya konsentrasi.
Kesulitan belajar bagi anak didik juga bersumber dari media cetak dan
media elektronik. Dalam salah satu laporan, presentase remaja yang sudah
melakukan perbuatan dalam berpacaran yaitu mencium bibir (28,5%), memegang buah
dada (12,2%), memegang alat kelamin dibalik baju (8,4%), memegang alat kelamin diatas
baju (7,0%), dan melakukan senggama (4,1%).(Sarwono, 1981:28). Anak didik
sering berkhayal tentang kenikmatan seks.
Kelompok gengster yang menjadi teman anak didik di masyarakat dapat
mempersulit dalam belajar. Gengster adalah manusia kanibalisme yang wajib
dijauhi oleh anak didik.
1.
C. Cara Mengenal Anak
Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Gejala sebagai indikator adanya kesulitan belajar:
ð Menunjukkan prestasi belajar yang rendah.
ð Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
ð Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
ð Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar.
ð Anak anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti
biasanya.
ð Anak didik yang tergolong memiliki IQ tingggi, yang seharusnya
prestasi belajarnya tinggi tapi kenyataannya tidak.
ð Anak didik yang selalu berprestasi belajar tinggi, namun di lain
waktu menurun drastis.
Seorang guru dapat melakukan penyelidikan dengan cara:
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati
objek. Misalnya: Bagaimana sikap anak didik dalam mengikuti pelajaran? ,
Bagaimana persiapan psiko-fisiknya dalam menghadapi pelajaran yang akan
diberikan?
1.
Interview
Interview adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung.
Lebih akurat jika setelah observasi dilakukan interview.
1. Dokumentasi
Dokumetasi adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat
catatan, arsip, dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Dokumen
meliputi riwayat hidup, prestasi anak didik, kumpulan ulangan, catatan
kesehatan, buku raport, dsb.
1. Tes Diagnostik
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak
didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya.
1.
D. Usaha Mengatasi
Kesulitan Belajar
2.
Pengumpulan Data
Usaha ini bisa melalui kegiatan kunjungan rumah, case study, case
history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, meneliti tugas kelompok,
melaksanakan tes.
1. Pengolahan Data
Langkah-langkah yang ditempuh yakni identifikasi kasus, membandingkan antar
kasus, membandingkan dengan hasi tes, menarik kesimpulan.
1.
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Hal ini
dapat berupa:
Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan
ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan
beajar anak didik.
1. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan
dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program
dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk
membantunya keluar dari kesulitan belajar. Adapun pertanyaan yang harus
diajukan menggunakan rumus 5W+1H.
1.
Treatment
Treatment adalah perlakuan. Yang dimaksud perlakuan adalah pemberian
bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan
program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin
dapat diberikan:
¤ Melalui bimbingan belajar individual.
¤ Melalui bimbingan belajar kelompok.
¤ Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
¤ Melalui bimbingan orang tua di rumah.
¤ Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah psikologis.
¤ Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara
umum.
¤ Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai
dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
1.
Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk menegtahui apakah treatment yang telah
diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu
keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
Jika terjadi kegagalan treatment, langkah yang perlu ditempuh adalah
Re-ceking (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan
data), Re-diagnosis, Re-prognosis, Re-treatment, Re-evaluasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Be a good commentator . .