Jumat, 05 Juli 2013

Awal Mula Internet dan Perkembangannya di Indonesia





I. Awal Mula Internet

RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia di tahun 1992 hingga 1994. Masing-masing personal telah mengkontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan sejarah jaringan komputer di Indonesia.

Tulisan-tulisan tentang keberadaan jaringan Internet di Indonesia dapat dilihat di beberapa artikel di media cetak seperti KOMPAS berjudul "Jaringan komputer biaya murah menggunakan radio" di akhir tahun 1990 dan awal tahun 1991. Juga beberapa artikel pendek di Majalah Elektron Himpunan Mahasiswa Elektro ITB di tahun 1989.

Inspirasi tulisan-tulisan awal Internet Indonesia datangnya dari kegiatan di amatir radio khususnya di Amateur Radio Club (ARC) ITB di tahun 1986. Bermodal pesawat Transceiver HF SSB Kenwood TS430 milik Harya Sudirapratama (YC1HCE) dengan komputer Apple II milik Onno W. Purbo (YC1DAV) sekitar belasan anak muda ITB seperti Harya Sudirapratama (YC1HCE), J. Tjandra Pramudito (YB3NR), Suryono Adisoemarta (N5SNN) bersama Onno W. Purbo, berguru pada para senior radio amatir seperti Robby Soebiakto (YB1BG), Achmad Zaini (YB1HR), Yos (YB2SV), di band 40m. Robby Soebiakto merupakan pakar diantara para amatir radio di Indonesia khususnya untuk komunikasi data packet radio yang kemudian didorong ke arah TCP/IP, teknologi packet radio TCP/IP yang kemudian diadopsi oleh rekan-rekan BPPT, LAPAN, UI, dan ITB yang kemudian menjadi tumpuan PaguyubanNet di tahun 1992-1994. Robby Soebiakto menjadi koordinator IP pertama dari AMPR-net (Amatir Packet Radio Network) yang di Internet dikenal dengan domain AMPR.ORG dan IP 44.132. Sejak tahun 2000, AMPR-net Indonesia di koordinir oleh Onno W. Purbo (YC0MLC). Koordinasi dan aktivitasnya mengharuskan seseorang untuk menjadi anggota ORARI dan di koordinasi melalui mailing list ORARI, seperti,
orari-news@yahoogroups.com.

Di tahun 1986-1987 yang merupakan awal perkembangan jaringan paket radio di Indonesia, Robby Soebiakto merupakan pionir di kalangan pelaku radio amatir Indonesia yang mengaitkan jaringan amatir Bulletin Board System (BBS) yang merupakan jaringan e-mail store and forward yang mengkaitkan banyak "server" BBS amatir radio seluruh dunia agar e-mail dapat berjalan dengan lancar. Di awal tahun 1990, komunikasi antara Onno W. Purbo yang waktu itu berada di Kanada dengan panggilan YC1DAV/VE3 dengan rekan-rekan radio amatir di Indonesia dilakukan melalui jaringan amatir radio ini. Dengan peralatan PC/XT dan walkie talkie 2 meteran, komunikasi antara Indonesia-Kanada terus dilakukan dengan lancar melalui jaringan radio amatir.

Robby Soebiakto berhasil membangun gateway amatir satelit di rumahnya di Cinere melalui satelit-satelit OSCAR milik radio amatir kemudian melakukan komunikasi lebih lanjut yang lebih cepat antara Indonesia-Kanada. Pengetahuan secara perlahan ditransfer dan berkembang melalui jaringan radio amatir ini.

RMS Ibrahim (biasa dipanggil Ibam) merupakan motor dibalik operasional Internet di UI. RMS Ibrahim pernah menjadi operator yang menjalankan gateway ke Internet dari UI yang merupakan bagian dari jaringan universitas di Indonesia UNINET. Protokol UUCP yang lebih sederhana daripada TCP/IP digunakan terutama digunakan untuk mentransfer e-mail & newsgroup. RMS Ibrahim juga merupakan pemegang pertama Country Code Top Level Domain (ccTLD) yang dikemudian hari dikenal sebagai IDNIC [1].

Muhammad Ihsan adalah staff peneliti di LAPAN Ranca Bungur tidak jauh dari Bogor yang di awal tahun 1990-an di dukung oleh pimpinannya Ibu Adrianti dalam kerjasama dengan DLR (NASA-nya Jerman) mencoba mengembangkan jaringan komputer menggunakan teknologi packet radio pada band 70cm & 2m. Jaringan tersebut dikenal sebagai JASIPAKTA dengan dukungan DLR Jerman. Protokol TCP/IP di operasikan di atas protokol AX.25 pada infrastruktur packet radio. Muhammad Ihsan mengoperasikan relay penghubung antara ITB di Bandung dengan gateway Internet yang ada di BPPT di tahun 1993-1998.

Firman Siregar merupakan salah seorang motor di BPPT yang mengoperasikan gateway radio paket bekerja pada band 70cm di tahun 1993-1998-an. PC 386 sederhana menjalankan program NOS di atas sistem operasi DOS digunakan sebagai gateway packet radio TCP/IP. IPTEKNET masih berada di tahapan sangat awal perkembangannya saluran komunikasi ke internet masih menggunakan protokol X.25 melalui jaringan Sistem Komunikasi Data Paket (SKDP) terkait pada gateway di DLR Jerman.

Putu sebuah nama yang melekat dengan perkembangan PUSDATA DEPRIN waktu masa kepemimpinan Bapak Menteri Tungki Ariwibowo menjalankan BBS pusdata.dprin.go.id. Di masa awal perkembangannya BBS Pak Putu sangat berjasa dalam membangun pengguna e-mail khususnya di jakarta Pak Putu sangat beruntung mempunyai menteri Pak Tungki yang "maniak" IT dan yang mengesankan dari Pak Tungki beliau akan menjawab e-mail sendiri. Barangkali Pak Tungki adalah menteri pertama di Indonesia yang menjawab e-mail sendiri.

Suryono Adisoemarta N5SNN di akhir 1992 kembali ke Indonesia, kesempatan tersebut tidak dilewatkan oleh anggota Amateur Radio Club (ARC) ITB seperti Basuki Suhardiman, Aulia K. Arief, Arman Hazairin di dukung oleh Adi Indrayanto untuk mencoba mengembangkan gateway radio paket di ITB. Berawal semangat & bermodalkan PC 286 bekas barangkali ITB merupakan lembaga yang paling miskin yang nekad untuk berkiprah di jaringan PaguyubanNet. Rekan lainnya seperti UI, BPPT, LAPAN, PUSDATA DEPRIN merupakan lembaga yang lebih dahulu terkait ke jaringan di tahun 1990-an mereka mempunyai fasilitas yang jauh lebih baik daripada ITB. Di ITB modem radio paket berupa Terminal Node Controller (TNC) merupakan peralatan pinjaman dari Muhammad Ihsan dari LAPAN.
Berawal dari teknologi radio paket 1200bps, ITB kemudian berkembang di tahun 1995-an memperoleh sambungan leased line 14.4Kbps ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKNET akses Internet tetap diberikan secara cuma-cuma kepada rekan-rekan yang lain. September 1996 merupakan tahun peralihan bagi ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5Mbps ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet & IIX sebesar 2Mbps. ITB akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting

Zaman sekarang, internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala informasi di seluruh dunia dengan cepat dan mudah. Kebutuhan internet yang sangat penting sehingga peningkatan jumlah pemakai internet setiap tahun yang selalu meningkat di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri jumlah pemakai internet selalu meningkat dengan peningkatan yang cukup besar. Sekarang banyak sekali layanan-layanan akses internet yang bisa kita pilih sesuai dengan kebutuhan kita, salah satunya layanan akses internet dari PT. Telkom seperti Telkomnet Instan dan Telkom Speedy. Telkomnet Instan merupakan layanan akses Dial-Up dengan kecepatan berkisar antara 40 Kbps - 56 Kbps sedangkan Telkom Speedy merupakan akses ADSL dengan kecepatan Up To 384 Kbps. Selain itu masih banyak sekali layanan-layanan akses internet yang bisa kita pilih. Ada lagi layanan internet yang menggunakan Wireless Lan yang merupakan akses internet tanpa kabel atau menggunakan gelombang elektromagnetik seperti akses GPRS menggunakan handphone, PDA, laptop, dll. Selain itu sinyal Hotspot yang sering disebarkan ditempat-tempat seperti Mall, Cafe, Kampus, atau berbagai tempat lainnya bisa digunakan untuk mengakses internet, kita hanya perlu membawa peralatan mobile kita ditempat tersebut dan berinternetan disana. Untuk dapat mengakses internet baik dengan kabel atau tanpa kabel selain diperlukan seperangkat komputer atau laptop diperlukan juga sebuah alat yang disebut Modem, modem berfungsi sebagai protokol yang mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital atau sebaliknya.


II. Perkembangan Internet Indonesia Sekarang

Perkembangan Internet di Indonesia belakangan ini tampak cepat sekali, tahun 1994 tercatat hanya dua Internet Servis Provider (ISP) (IPTEK-NET dan IndoNet) dengan kecepatan total ke Internet sebesar 128Kbps. Di akhir tahun 1995, tercatat kecepatan ke Internet dari Indonesia adalah 640Kbps. Perubahan drastis pada pertengahan tahun 1996, kecepatan total Indonesia ke Internet sudah melebihi 3Mbps; bukan mustahil di akhir tahun 1996 kecepatan total Indonesia ke Internet melebihi 5Mbps. Deregulasi yang dilakukan oleh pihak Parpostel telah membuahkan lebih dari 22 ISP memungkinkan untuk beroperasi di Indonesia. Komposisi pengguna Internet di Indonesia saat ini di dominasi oleh pengguna dari pihak komersial (lebih dari 50%) yang kemudian disusul oleh pengguna dari perguruan tinggi di Indonesia dengan jumlah total pengguna Internet di seluruh Indonesia melebihi 30.000 orang sebuah jumlah yang masih kecil di bandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir 200 juta jiwa. Perkembangan drastis hanya dimungkinkan jika dilakukan regulasi yang memudahkan dunia pendidikan masuk ke Internet dengan estimasi tambahan pengguna sebesar 3-5 juta pengguna dari lebih 1200 perguruan tinggi di Indonesia. Jumlah ini merupakan 10% dari populasi pengguna Internet seluruh dunia & merupakan terobosan yang besar jika hal ini terjadi di Indonesia.
            Berawal dari implementasi menggunakan jaringan packet radio sederhana 1200bps bahkan sebagian menggunakan walkie talkie antar universitas khususnya di Bandung & Jakarta di tahun 1992 yang awalnya dimotori oleh BPPT (IPTEK-NET), UI, LAPAN & ITB. Saat ini (hanya beberapa tahun kemudian) telah berkembang menjadi jaringan yang lebih profesional yang melibatkan peralatan satelit, fiber optic pada kecepatan 2Mbps. Di awal tahun 1992, untuk mengirimkan satu disket dibutuhkan waktu satu malam - sedang di akhir tahun 1996, dibutuhkan waktu kurang dari 4 detik untuk mengirimkan disket yang sama. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi tampak terpacu dengan adanya kebutuhan Internet dengan terkaitnya 19 kota pada jaringan Frame Relay 2Mbps milik PT. Aplikanusa Lintasarta dan lebih dari 40 kota pada jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) 2Mbps milik PT. Telekomunikasi Indonesia. Belum terhitung operator Very Small Apperature Terminal (VSAT) yang saat ini ada 5-6 buah perusahaan yang berusaha berkontribusi membangun jaringan VSAT untuk komunikasi data Internet di Indonesia maupun ditingkat regional.
            Berbagai terobosan teknologi telekomunikasi terus dikembangkan khususnya oleh ITB dan LAPAN, antara lain menghasilkan, jaringan komunikasi data melalui satelit berkecepatan 2Mbps tingkat Asia Pacific, jaringan komunikasi data tanpa kabel menggunakan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) 2Mbps yang merupakan teknologi Metropolitan Area Network (MAN) murah untuk aplikasi dalam kota (radius 15 km). Belum lagi terobosan teknologi satelit Low Earth Orbit (LEO) Microsat yang memungkinkan untuk memberikan akses data bagi daerah-daerah terpencil menggunakan stasiun bumi murah dengan harga dibawah Rp. 10 juta sehingga memungkinkan membuka isolasi daerah pedalaman ke dunia informasi, khususnya informasi pendidikan & kesehatan. Perkembangan teknologi komunikasi & komputer telah memungkinkan perkembangan Internet di Indonesia secara murah & terjangkau.
            Perkembangan Internet di Indonesia tidak lepas dari sejarah kaum muda pembangunnya. Pesatnya perkembangan sebetulnya banyak dimotori oleh banyaknya para pemuda Indonesia yang kembali dari tugas belajar di luar negeri di tahun 1990-an, umumnya para pemuda ini mulai belajar di luar negeri ditahun 1985-an ke atas. Di awal tahun 1985-an dengan dimulai beroperasinya jaringan Nasional Science Foundation (NSF) di Amerika Serikat untuk menggabungkan perguruan tinggi seluruh Amerika Serikat yang akhirnya berdampak positif kepada perkembangan Internet seluruh dunia termasuk Indonesia sepuluh (10) tahun kemudian. Hal yang sama hanya akan terjadi di Indonesia jika kita memulai sebuah jaringan Internet antar perguruan tinggi / dunia pendidikan di Indonesia, dampak yang sangat besar dalam skala ekonomi Indonesia akan terjadi 10 tahun kemudian ditahun 2005 dalam era globalisasi. Akan tetapi kemudahan & regulasi harus dimungkinkan agar dunia pendidikan di Indonesia dapat terkait dengan mudah & murah ke Internet.
            Terobosan yang mendasar sedang dibangun di ITB dengan akan di instalasinya sebuah stasiun bumi Ku-Band di ITB untuk akses langsung ke Internet berkecepatan 2Mbps yang mudah-mudahan akan selesai sebelum akhir tahun 1996. Aktifitas ini merupakan bagian dari percobaan Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) bagian dari Asia Pacific Information Infrastructure (APII). Akses internet pada kecepatan tinggi ini memungkinkan kita untuk melakukan berbagai percobaan untuk Internet generasi mendatang yang memungkinkan transmisi video conference & berbagai aplikasi multimedia secara murah.
            Salah satu aplikasi utama yang akan dijalankan diatas tulang punggung Asia Pasifik ini adalah Virtual University yang merupakan universitas terbuka di atas infrastruktur Internet yang melihat seluruh dunia Internet sebagai sumber dayanya. Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan yang dimotori oleh United Nation University (UNU) yang bermarkas di Jepang. Salah satu komitmen yang ada dari para penyelenggara AI3 di Indonesia adalah menggunakan gateway AI3 yang ada untuk membantu seluruh universitas di Indonesia ke Internet secara murah dengan biaya kurang dari Rp. 500 / mahasiswa / bulan sudah termasuk pulsa & hubungan internasional untuk mengakses Internet 24 jam / hari. Hal ini hanya dimungkinkan jika adopsi konsep koperasi antar universitas daerah yang saling tolong menolong satu dengan lainnya untuk secara gotong royong bersama-sama mengoperasikan sebuah stasiun bumi untuk akses ke gateway AI3 2Mbps ke Internet. Beberapa regulasi khususnya di bidang telekomunikasi perlu di revisi untuk memungkinkan konsep koperasi antar universitas / dunia pendidikan dapat berjalan dengan baik - sejalan dengan komitmen di GBHN untuk membantu sepenuhnya pembangunan SDM di Indonesia.
            Internet sebagaimana sarana telekomunikasi lainnya hanyalah merupakan alat bantu untuk berinteraksi dalam era globalisasi mendatang. Kemampuan SDM akan menentukan keberhasilan Indonesia dalam berkompetisi secara informasi di era mendatang. Keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan alat bantu Internet untuk membangun SDM-nya akan menentukan keberhasilan Indonesia untuk berkompetisi.


Fakta Perkembangan Internet di Indonesia


ü  Pengguna Internet makin hari makin banyak. Total di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,5 milyar orang.
ü  Sementara jumlah pelanggan Internet di Indonesia menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) telah mencapai 2 juta pelanggan (2007) dan perkiraan pemakainya mencapai 25 juta.
ü  Padahal menurut data APJII tahun 1998, pelanggan Internet di Indonesia hanya 134.000 dan pemakainya 512.000. Berarti ada peningkatan hamper 15 kali lipat dalam waktu kurun 10 tahun.
ü  Sekitar satu dari tiga orang penduduk perkotaan di Indonesia mengakses Internet dalam satu bulan terakhir.
ü  Enam dari 10 pengguna internet mengunjungi situs jaringan sosial setiap bulan seperti facebook, friendster, twitter, dll.
ü  Sebanyak 28 persen masyarakat perkotaan mengakses internet dalam satu bulan terakhir. Enam persen mengakses internet tiap hari.














1 komentar:

Be a good commentator . .